Ice Cucumber

Of course Cola is Cucumber flavour (mochiron KOORA mo kyuuri aji)


Full-Metal-Alchemist
Monday, June 6, 2011

02. Secret Revealed

Sebelumnya di Dokidoki Eleven...

-------------------------------------------------------------------------------

"Gimana nanti pulang sekolah?"
"Gimana apanya?" ah, lemot juga si Gray kalo diajak ngomong, pikir Shawn.
"Kamu kan ditantang ma Scott"
"Astaga! Aku lupa..." bisa kaget juga si Gray ini, pikir Shawn lagi.
"Apa perlu aku bantu?" tiba2 dibelakang Gray ada suara yg lumayan ca- eh, berat. -hayooo mau ngomong apa itu?-

-------------------------------------------------------------------------------

Di belakang Gray ternyata ada seorang siswa kelas lain bersama 2 orang lainnya.  Katanya sih dia itu disebut2 sebagai "Class Defender" karena selalu menolong anak2 yg ditindas. Hmm... siapa sih dia?

"Uh, siapa kau?" gaya bicara Gray berubah lagi menjadi cuek.
"Aku Axel Blaze, ini Steve dan dia Byron"
"A-Axel, si 'Class defender'?" Shawn terkejut.
"Jangan panggil begitu, cukup Axel saja. Bagaimana umm...?"
"Gray"
"Bagaimana Gray? Kau ingin dibantu melawan mereka?"
"Tidak terima kasih. Aku ingin memberi mereka les privat" Gray tersenyum.
Uwakh? Hawa dingin apa ini? Kenapa tiba2 bulu kudukku merinding ya? kata Shawn dalam hati.
Hawa ini?! Jangan2...., Axel juga mbatin. (?)

Axel dan kawan2 pergi meninggalkan Shawn dan Gray. Karena bel masuk sudah berbunyi, Shawn mengajak Gray masuk kelas lagi. Di kelas Scott sudah melihat Gray dengan tatapan 'Awas lu berani kabur' nya. Gray malah membalas tatapannya dengan tampang 'Emang gue pikirin'. Scott naik darah dan berusaha meninju Gray, tapi sekali lagi Gray menghindar dan lampu blitz menyala. Di kamera terlihat Scott yang celananya sobek. Gray membawa kamera dan cutter sekaligus. Scott terkejut dan segera kembali ke tempat duduknya. Gray tersenyum penuh kemenangan ((victory!! gwahahahahahahahahahaha))

Sepulang sekolah, Shawn masih khawatir dengan teman barunya tersebut. Dia diam2 membuntuti Gray pulang ke rumahnya, siapa tahu Scott dan teman2 berandalannya mencegat Gray di luar sekolah atau di jalanan. Gray berjalan cepat, membelok di beberapa tikungan, melewati sebuah lapangan, belok kiri, ada bunderan belok kanan, di situ rumahnya (?). Shawn hampir saja kehilangan Gray kalau saja dia tidak segera berlari. Sayangnya waktu berlari dia terantuk sebuah batu dan membuat suara yg cukup keras karena itu daerah yg sepi. (sfx: GEDEBRUKKKK!!)

"Makanya jangan ngikutin orang sembarangan, Shawn..." Gray berkata sambil berdiri di atas Shawn. (iyalah, Shawn jatuhnya nggeblak gitu)
"E-h. Anu... eto... aaa..." Shawn keluar gugupnya.
"Sudahlah, ayo berdiri" kata Gray sambil menolong Shawn berdiri.
"I-itaii~~" Shawn kesakitan.
"Ee, kakimu sakit ya? Kalau begitu ke rumahku saja. Kamu jatuh di depan rumahku sih"

Di dalam rumah Gray, Shawn duduk di ruang tamu yg cukup luas. Sepertinya Gray tinggal sendirian di sana, tak ada orang lain sih. Gray sibuk mengobati kaki Shawn yg luka sehabis jatuh tadi. Shawn hanya bisa diam.

"M-maafkan aku ya. Sudah membuntutimu ke rumah, malah jadi merepotkan begini"
"Ga papa kok, lagian di rumah selalu sepi nih. Tapi, knapa kamu ngebuntutin aku ke rumah?"
"A-aku khawatir kamu dikeroyok sama2 gerombolannya Scott..."
"Kau memang baik yah, Shawn... Aku buatin teh dulu ya?" terlihat Gray lebih lembut dan kalem daripada sikapnya di sekolah tadi.

Sebenarnya Gray itu orang seperti apa sih?? Shawn bertanya2 dalam hati. Gray pun datang sambil membawakan teh dan kue untuk Shawn. Sayangnya, di lantai ada lap yang dia pakai membersihkan luka Shawn dan jatuh di depan Shawn. Teh yg dia bawa membasahi bajunya (hebat, Shawn ga kena! O.o). Kelihatan banget kalo dia itu.....perempuan??? (tuh, kan. saya ga bikin shonen-ai)

"AAAAHHH!!!!" Shawn menjerit sambil menutup mukanya.
"!!!!!!!!" Gray blushing, dan lari ke kamarnya.

Tanpa sadar dari kamar Gray ada bola yg menggelinding keluar setelah dia menutup pintunya. Itu bola sepak yg sudah kelihatan usang. Mungkin karena sering dimainkan yah?

"K-kau melihatnya, Shawn..." kata Gray sambil gemetar.

Shawn yg masih terkejut dengan kejadian barusan, hanya mengangguk dan berjalan tertatih ke arah Gray, membawakan bola yg menggelinding itu.

"Ini...milikmu? Kau suka sepakbola?"
"Iya, aku masuk sekolah sebagai seorang laki2 supaya aku bisa masuk klub sepakbola. Dulu, waktu masih SMP aku dikeluarkan dari klub sepakbola SMP-ku, padahal aku ingin ikut Football Frontier. Kau sempat ikut ya Shawn? Tak kusangka aku bisa bertemu denganmu...." kata Gray terus terang.
"Kau tak perlu malu masuk klub sepakbola hanya karena kau perempuan, kau tahu Tory dan Sue di kelas kita kan?"
"Yah, mereka ikut klub sepakbola?
"Benar, kau mau ikut? Aku bisa mendaftarkanmu..." jelas Shawn malu2.
"T-terima kasih banyak Shawn..."

-------------------------------------------------------------------------------

Keesokan paginya, Shawn bangun dengan senang. Lukanya kemarin sudah sembuh karena itu cuma luka kecil. Dia berencana mengejutkan Gray pagi ini.
Gray yang sedang siap2 berangkat sekolah kaget karena ada suara yg dikenalnya di depan rumah.

"Gray!! Ayo cepat, nanti terlambat!" seru Shawn dari balik pagar.
"Shawn? *mukanya mendadak senang* I-iya, aku datang!!" katanya setengah berlari.

Shawn yg melihat Gray yg cepat2 menutup pintu dan hampir terjatuh sambil menggigit sepotong roti tertawa kecil. Dia lucu sekali kalau begini. Gray yg menyadari itu langsung membungkam Shawn.

"Ingat janji kita kemarin sore!!" katanya sedikit marah. Tapi Shawn merasakan tangan Gray itu gemetaran.
"Kau tak apa2..?" sambil memegang tangan Gray.
"I-iya!" Kata Gray sambil menarik tangannya kembali

Shawn terkejut dengan perubahan sifat Gray yg sangat drastis itu. Sepanjang perjalanan ke sekolah mereka hanya diam. Nathan yg kebetulan melihat mereka langsung ikut berangkat bersama.

"Pagi Shawn, pagi Gray!" serunya
"Pagi Nathan~" kata Shawn
"Yo!"

Sesampainya di sekolah Shawn menaruh tasnya dan berbicara sesuatu pada Gray. Gray hanya manggut2. Shawn langsung pergi entah ke mana setelah itu. Gray sendirian di bangkunya.
Nathan yg kebetulan masih di sana dan tak ada anak di kelas (ini masih terlalu pagi untuk berangkat sebetulnya) mengajak Gray ngobrol.

"Gray, apa hobimu?"
"Aku suka membuat kue"
"Membuat kue? Tak kusangka, hobimu bertolak belakang dengan kepribadianmu ya?"
"Ya begitulah"
"Kenapa tidak bergabung denngan klub memasak di sekolah?"
"Aku tidak bisa..."
"Uh?"
"Hnn, jangan pikirkan"
"Hai, kalian berdua! Sedang apa?" Mark tiba2 datang.
"Oh, hai Mark! Dia suka membuat kue loh!" seru Nathan.
"Kapan2 kalian bisa aku buatkan, kalau mau!" kata Gray dengan nada dingin tapi terdengar ramah.

Shawn sudah kembali dari entah-ke-mana itu langsung menulis pengumuman di whiteboard. "Kepada semua siswa eskul sepakbola, nanti sepulang sekolah harap berkumpul di ruang klub"

"Kau juga datang yah Gray!" kata Shawn sambil berbisik dan hanya Gray yg bisa mendengar suaranya.
"Sejak kapan kalian jadi teman akrab?" tanya Nathan.
"Sejak di ajak dia makan di kantin" kata Gray cuek. Yg diomongin malah mengasin (salting)

Akhirnya bel pulang yg pake instrumental "Maji de Kansha" itu berbunyi juga, tapi lebih awal dari biasanya. Lina-sensei mengumumkan kalau guru2 akan rapat kurikulum siswa untuk menyesuaikan jadwal yg baru. Para anggota sudah berlari ke ruang eskulnya, tapi Shawn sengaja datang terakhir bersama Gray yg kebingungan mau dibawa ke mana, hubungan kita...eh.... dirinya... -duh, gaje deh fanfic saya T.T-

Gray hanya bisa mengikuti Shawn dengan pasrah (emang Shawn mao ngapain -digampar Shawn-). Tiba2 Shawn membuka pintu sebuah ruangan dan berkata....

"Maaf lama teman2"
"Ah, Shawn, kau lama...."
"Ini aku bawa kejutan buat kalian..."
"EEEEHHHHH!!! Itu kan Gray?" teriak seluruh anggota klub.
"Yo! Sebenarnya ada apa ini? Kenapa aku di bawa ke sini, Shawn?"
"Selamat datang di klub sepakbola, Gray!!!" kata Shawn tiba2
"Ya, benar. Aku sudah menerima lembar pendaftarannya" sahut Jude.

Wah, kalo Jude sudah bicara semua tak berani menjawabnya. Kecuali...

"Wah, selain membuat kue, kau bisa sepak bola juga? Awesome! Selamat datang di klub ya" seru Nathan dengan kalemnya (?)
"Terima kasih semuanya!" Gray sedikit tersenyum.

Para anggota klub kaget karena Gray tersenyum tiba2. Bukan karena senyumannya yg benar2 imut, tapi terasa hawa dingin yg menusuk dan membuat bulu kuduk berdiri.
Siapa sebenarnya Gray??? Pasti itu yg terlintas di pikiran mereka semua sekarang.
Mereka semua pindah ke lapangan sepak bola di dekat sungai (karena ruang klub sudah membeku akibat ulah Gray -digampar Gray-) lumayan kalo lagi capek mereka bisa mancing dan bikin ikan bakar di sana. Hohohhohoooo~~~ Kaga penting~
Semuanya duduk di pinggir lapangan kecuali Mark, Jude, dan Gray. Mereka ber-tiga sudah siap di posisi masing2. Mark dengan seragam kipernya, Jude dengan seragam sepak bola dan cape-nya, dan Gray dengan pakaian sekolahnya (sekolahnya pakai baju bebas kok)

"Kali ini aku akan mengetes kemampuanmu dalam sepak bola. Semoga saja pekataan Shawn kemarin itu benar dan tidak bohong. Kalau ternyata kau tidak bisa membuat satu gol pun dari 3 kesempatan yg ku berikan, kau tidak akan masuk klub dan Shawn akan dipecat" jelas Jude panjang lebar.

Shawn yg mendengar perkataan Jude langsung berkeringat dingin. Gray melihat Shawn dg tatapan 'maafkan aku' langsung berkata pada Jude.

"Aku tidak ingin seorangpun merasa sakit, karena itu aku akan berusaha"

Gray langsung menggiring bola dengan lihainya. Jude berusaha menghalanginya, tapi berhasil dilewati dengan mudah oleh Gray. Ternyata benar dugaanku tentang Gray, pikir Jude. Gray langsung berlari lurus menuju gawang dan menendang bola sekuat tenaganya. Tapi berhasil ditangkap dengan mudah oleh Mark.

"Kesempatanmu sudah hilang satu kali, Gray"

Gray merasa kesal dan mulai menggiring bola lagi dengan freak-nya. Jude tidak berusaha menghalangi dilewati begitu saja oleh Gray dengan cepat. Jude hanya tersenyum dan berbalik melihat Gray. Gray menendang lagi ke arah gawang, tapi kali ini dia tidak menendang dengan biasa.

"Wind Cutter Shoot!!!" Gray mengeluarkan tekhnik rahasianya.

"God Hand!!!" Mark juga mengeluarkan jurus defense yg kuat sehingga Gray tidak berhasil memasukkan bola ke gawang.

"Kau membuang2 kesempatanmu lagi Gray" seru Jude dari tempatnya berdiri.

Shawn menaruh harapannya pada tendangan terakhir Gray, dan hanya bisa terdiam di tempat duduknya. Semua anggota tim melihat ke arah Shawn, dan tiba2 Max langsung berkata pada Jude.

"Kenapa Shawn juga harus dilibatkan Jude!"
"Itu karena dia yg berusaha mendaftarkan Gray"

Shawn yg mendengarnya hanya terdiam. Tanpa terasa dia menangis dan berpikir, kenapa dia harus mendaftarkan Gray. Gray kan seharusnya bisa mendaftar sendiri. Dia merasa menyesal sudah mendaftarkannya.
Gray merasa sangat bersalah pada Shawn, melihatnya menangis seperti itu. Udara di sekitarnya menjadi dingin, langit yg biru tiba2 menjadi gelap gulita karena mendung, tatapan Gray berubah aneh dan dia langsung berlari dengan kecepatan yg tidak dapat diduga. Jude yg melihatnya berkata dalam hati, ini yg kutungggu-tunggu, dan langsung menghalanginya.

"Eternal darkness..." Gray mengeluarkan teknik evasion yg hebat, dia berlari seolah2 menembus badan Jude. Jude kaget dan langsung berbalik.

Saat berada di depan gawang Gray juga langsung menembakkannya dengan kekuatan penuh.

"Ini untuk Shawn, LUNATIC ILLUSION!!!!!!"

"GOD HAND!!"

-------------------------------------------------------------------------------

Apakah tendangan maut Gray bisa masuk?
Bagaimana nasib Shawn?
Semuanya akan terjawab di chapter berikutnya.... ^^ Lovey-dovey <3
Jeng jeng jeng jueeeeeng... -digampar Shawn karena berisik-

0 comments:

Post a Comment

Thanks for Visiting!

Impmon - Digimon 2