Ice Cucumber

Of course Cola is Cucumber flavour (mochiron KOORA mo kyuuri aji)


Full-Metal-Alchemist
Monday, February 28, 2011

Reminiscence...

Di pagi hari yang mendung ini, saya sedang berhadapan 1 lawan 1 dengan sebuah kotak ajaib yang bisa menampilkan gambar,tulisan serta suara (bagi yg tidak tahu, benda itu adalah layar komputer). Saya si anak bodoh/ baka bernama Patricia Karin Himawan Praseptin. (halah, kagak penting) Hobi saya membaca (komik), menulis (fanfic), dan menggambar (anime) ((yang ini juga ga penting)).
Saya menulis ini tanpa adanya paksaan, semua ini berasal dari hati nurani saya yg paling dalam ((penting?)).



Aahhh....
Tak terasa udah 3 tahun aku masuk di SMP Negeri 1 Singosari ini. Waktu berlalu begitu cepat dan setelah ini aku akan meninggalkannya *hiks hiks*.
Pada saat pertama masuk dulu (masa culun2nya) aku kira di sekolah ini kegiatannya belajar, belajar, dan belajar saja. Tapi pikiranku berubah karena di sini ada teman2ku yang sangat aku sayangi, juga para guru yang aku hormati *arigatou gozaimashita*
Pada saat kelas 7 dulu saya masuk di kelas 7A. Dikelas ini aku bertemu dengan 2 orang anak yang akhirnya menjadi sahabat saya yaitu Diyah dan Dita (makasih buat 2 orang yg mau mempercayai orang bodoh ini selama 3 tahun). Pertamanya masih malu2, terus setelah kita punya kesamaan dan kesamaan itu jarang dimiliki orang lain, maka akhirnya kita merasa cocok dan.... bersahabat.
Ya ampun kelas ini ternyata tidak seperti yang saya bayangkan (bayangan pertama: anaknya pada serius dan sopan) ternyata SALAH BESAR!!! Anak2nya rame, gokil, dan asyik punya!! (ohohohoh....)

Tapi, setahun berlalu dan tiba saatnya berpisah..*hiks* mau tahu kenapa? Karena di kelas 8, muridnya dirolling sama anak dari kelas 7B. Pertamanya sih memang ga rela, tapi ini demi kebaikan kita bersama. Kita bisa berkenalan dengan anak (mantan) 7B yang tidak kalah aneh, gokil dan lucu dengan anak dari kelas 7A.
Satu hal lagi yang membuatku sedih..... Dita pindah ke Balikpapan!! Huaaaa!!
Bukan baliknya papan putih (baca: Whiteboard) tapi Balikpapan, Kalimantan Timur. Kita bertiga ngumpul dan nangis bebarengan. Dan sebelum Dita pindah, kita bertiga makan2 bareng + foto2 di restoran M***a** B**a ((merek disamarkan)) sama keluarganya Dita. Pas turun dari angkot di depan rumah makan tersebut (keluarganya Dita sudah di dalam), eh, ternyata hujan. Yang bawa payung cuma saya, jadinya ya sepayung bertiga deh ((Oh, so sweet)).

Kembali ke cerita kelas 8, pertamaya seperti kelas 7 dulu, kecuali anak laki-laki pejuang game Seal Online yang sudah saling mengenal satu sama lain, masih malu2. Ternyata anak (mantan) 7B yang terlihat diem itu lebih ganas dari yang saya kira! Nafsu humor mereka sangat tinggi, karena itulah ada guru yang pernah bilang kalau kelas 8A itu kelas yang kompak *hore seneng!!* (/'u')/

Hooo...
Panjang juga ya? Tenang saja, masih ada lanjutannya. Yuuk mari!


CHAPTER 3: Kelas 9 (Emangnya tadi ada chapternya ya? Teanang itu tidak penting)

Di kelas yang baru (lagi) ini aku merasa lega. Karena kelasnya di lantai 1 tidak naik tangga kaya kelas 7 dan 8 dulu (sekali lagi hore seneng). Wali kelas kami Ibu Ratna Wardayati, guru fisika. Haduuu.... berita pertama yang kami terima, Mission One: UNAS 2 kali. *saya pingsan mendengarnya tapi bangkit lagi karena harus melanjutkan tulisan ini*
Saya menganggap itu adalah sebuah tantangan yang harus dilakukan (karena jika tidak dilakukan maka tidak akan lulus). *glek* Saya langsung merasa shock, dan kemudian mulai membuka mata untuk belajar. Stelah memasuki pertengahan semester pertama, ayah saya membelikan seekor peliharaan baru bernama HP mini!( laptop maksudnya). Karena dibelikan laptop dan modem sekaligus, maka saya yang mengaku sebagai gamer sejati memakainya untuk bermain game online!

(FULLMETAL POWER UP!!)



Saya bermain game Pet Forest yang ada di Facebook selama ber hari2 bahkan ber bulan2. Hasilnya peringkat saya menurun (haaaa~h). Saya kecewa, karena kecewa tidak akan membawa petaka (iya, ga nyambung). Langsung, saya mengambil buku2 pelajaran, membeli buku catatan, dan berusaha memperbaiki harkat dan martabat (ga nyambung lagi) saya yang telah hancur. Semula mamang tidak begitu kelihatan hasilnya, tapi setelah mengadakan try out ke dua kalau tidah salah (berarti betul) saya dapat juara 1, dan juara 2 paralel di sekolah (sekali lagi, yay hore seneng!!) Setelah itu, menyusul para ujian praktek yang membabi buta, musim yang tidak bersahabat juga bisa menghalangi semangat belajar saya dengan membuat sakit. Lantas semua itu tidak berhasil membuat saya patah semangat, karena wali kelas kami akan memberi surprise untuk anak yang menjadi juara 1 di kelas, dan jika rata2 kelasnya 8 ke atas All you can eat sudah menanti!!


Tak terasa waktu berjalan, detik demi detik (itu lagunya menghitung banci, eh salah! menghitung hari!), hari demi hari, sampai orang ganti kalender (lebay) Last Boss akhirnya ada di depan mata. Siapa lagi kalau bukan UNAS? Kami akan berusaha melawannya mati-matian. Kalau MP-ku habis, akan kuhabisi dengan serangan langsung(emangnya maen game online?). Kalau kemampuanku sudah habis, akan kuhabisi dengan kutukan. Kalau nyawaku sudah habis, berarti Innalillahi Wa Innailaihi Raji'uun.

Sepertinya sudah banyak bacotan ga penting saya yang sudah di posting, jika ada kekurangan mohon ditambahi dan jika ada kelebihan akan saya ambil.*dikemplangi pake jerigen*



Special thanks buat:
- Pak Gatot Sugijanto (maaf kalau ada banyak kesalahan dan bahasa yang tidak jelas karena tadi pagi kepala saya kebentur tembok)
- Nur Halimatus Sa' diyah A.K.A. Hasan :P (makasih buat perhatian buat saya selama ini ya say. I love you always)
- Dita Putri Marinda Viana a.k.a Dita-chan ( You're always in my heart forever. Arigatou gozaimashita buat perhatian dan kata2 yang sering kau ucapkan kepada saya, "Baka yaro!!!!")
- Para guru yang selalu setia menemani dan membimbing kami sampai akhir
- Teman2 seperjuangan (Vivi, Amel, Icha, Ernest, Andaz, dan Yusqie) Thanks buat supportnya selama ini!!
- Teman2 satu kelas maupun yang tidak (Thank you!!)
- Bapak dan Ibu saya yang sudah membesarkan saya dengan penuh kasih *hiks* I can't reply your kindness


Akhir kata terima kasih atas waktunya untuk membaca. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarrakatuh....

" Far away, remember
Far away, you and me
The innocence, we were so free
Memories, in sepia
Far away, so pure
There's always a place in my heart"
- Genso Suikoden 2, Reminiscence -

Sunday, February 27, 2011

Role Playing (Brigandine) Kagak jelas

Kakek: Kagak mau sekolah..... Pengen tidur aja....
Me: Kalo ga mau bangun, aku makan loh!
Kakek: Waaa! Tadi dah dikasih daging panggang kesukaanmu kan??!! (kapan ngasihnya orang masih tidur) *lariii*
Me: *kejar naek Chocobo* Tungguuu!!! Saya cuma becanda! Saya cuma mau kasih kue (?)
Kakek: *...berbalik...throw Rune Blade to Chocobo* Hhahaha!!
Me:  Waauu~~ *chocobo-nya jatuh n ikutan jatuh* Kenapa Kakek nyerang saya?
Kakek: *.. bermuka jahat* Hhahah... ...akh!!
Me:  *tusuk pake fire spear*
padahal aku sayang kakek (?) *hiks*

Kakek: ‎.....

*mati*

Me: kakeeek!!! *nangis ga jelas*
Kakek: .....
*kutunggu kau dii titian sirat..*

Me: akan kukuburkan dengan layak di TPU Norgard
*ngangkat kakek*
duh kok berat ya?
*akhirnya diseret krn chocobonya dah mati*

Kakek: *aku maunya dishalatin dulu... T_T*
Me: *sampai di Norgard territory, kakek pun disholati orang sekampung dan dikuburkan dengan layak di TPU*
maaf kalau saya banyak salah ya kakek, hiks hiks...
*naburin bunga n pulang sama papa Vaynard*
     
Vaynard: Udah2...relakan kakekmu pergi *menepuk2 pundak saya* ... maafkan saya juga ya ayah... 
Bulnoil: *trus lama kemudian..
Bulnoil datang bersama Cador menCURii jasad kakek*

Bulnoil: hahaha!!, akan kubangkitkan kembali..
...
(cador cemburu)
:p . . . .
 
Me: waaaks!!
balikin kakek tercinta saya!!
*kok ceritanya jadi maho gini?*
 
Kakek: *huaaaa... larii*
cador kok jadii bancii gitu.. huaaaa!!

*kakek hidup kembali karena takut bencong*

Me: awaa~ kakek! kau masih hidup?? *main peluk2 kakek*
Kakek: *huaaa...!!

kok jadii begini.. hua!!

Me: saya juga ga tau huaa~~
*ngemplangi Bulnoil pake panci*

Bulnoil: What the .....??!!
Kakek: cucu.. aku mo pergii sekolah dulu yah.. nanti maen role playing lagi ^^
bye. . .
assalamualaikum..
     
Me: Waalaikumsalam eh saya juga mau sekolah ding!
*pamit sama kakek*
berangkat dulu ya kek!



----------------------The End-----------------------------  

Thursday, February 24, 2011

Wall-Nut, sang pahlawan tanpa tanda jasa

Hai, aku wall-nut. Aku adalah sebuah kacang yang bertugas sebagai tameng dalam menghadapi zombie-zombie yang siap menyerang rumah tuanku. Tunggu, bukannya sebuah kacang tidak keras dan tidak dapat berbicara? Ah, bodo' amat, aku juga tidak mengerti siapa yang menciptakanku dan bagaimana caranya. Yang penting adalah aku mempunyai tugas penting sebagai defender kekuatan lini depan.
Aku sering diejek teman-temanku sesama tanaman karena suka sekali menangis. Hei, itu bukan salahku! Apakah kalian tidak tahu betapa sakitnya digigiti zombie maniak otak yang ganas? Belum lagi kalau zombie pelompat menabrakku, atau zombie pembawa screen-door merusak tubuhku dengan pintu yang ia bawa itu. Palingt tidak, aku berjasa melindungi kalian di areal depan 'medan perang' ini. Memang sih, aku tak sekuat saudaraku, si tall-nut itu. Sudah begitu, badanku lebih kecil, lebih pendek pula. Ah, memang sepertinya aku tak berguna ya.
Seperti malam ini, zombie-zombie itu sudah mengirim tantangan untuk 'berperang'. Dengan gagah, aku dan sesama teman wall-nut lainnya berdiri berderet di barisan paling depan. "Kujamin, setelah ini selesai tak ada yang badannya tak tergores."ujar wall-nut sebelahku sarkastik. Aku mengangguk, menelan ludahku dengan gugup. Bisa dibilang ini baru kali kedua aku mengikuti pertempuran, jadi aku masih belum berpengalaman.
Akhirnya, para zombie haus otak itu muncul. Dengan semangat rombongan repeater dan peashooter di bagian belakang menembakkan kacang polong. Seiring dengan jumlah zombie yang makin banyak, mereka makin membabi buta mengeluarkan kacang polong. Keadaan menjadi sangat ricuh di mana peluru-peluru polong berdesing dan kepala-kepala para zombie lepas dari badan masing-masing.
Walaupun para repeater dan peashooter sudah habis-habisan, tetap saja masih ada zombie yang bertahan. Kini kami —wall-nut— yang berhadapan langsung dengan para zombie yang jumlahnya mengganas.
Kami hanya dapat terdiam ketika gigi-gigi busuk menancap di tubuh kami, menghabisi kami perlahan-lahan. Cara 'makan' para zombie yang rakusnya di atas rata-rata membuatku mual. Aku hanya dapat melirik kasihan temanku yang sedang dimakan seorang newspaper zombie —yang kecepatan makannya sangat mengerikan. Yah, paling tidak aku lebih beruntung darinya.
Tubuhku makin habis. Peluru kacang dari arah belakang kurang efektif, jumlah zombie makin banyak dan banyak. Air mata mulai mengalir dari mataku. Tubuhku tinggal seperempat lagi, itu pun sudah keropos karena gigitan. Tinggal menunggu ajal menungguku.
Benar saja. Kumpulan zombie makin banyak datang. Diantara ajalku, kulihat cherry-boom diam-diam melesat di tengah kerusuhan. Badannya lalu membesar, dan..
DUARR!
Ledakan keras tersebut berhasil menghabisi para zombie diantaranya. Tepat sekali ketika gigitan terakhir di badanku bersarang, dan nyawaku melayang. Pandanganku mengabur, aku mulai kehilangan kesadaran.
Misiku selesai sekarang.

Luc sometimes left the Orange Army's headquarters at night when nobody else would notice his absence. He would wander, seeking something he'd been looking for in the last couple years - something he would need in order to fully understand what his True Wind Rune was telling him in the visions. So he'd lightly wake up Viki, who would teleport him to the next town in his quest groggily, barely even waking up.

Of course, that had been his biggest mistake. Expecting Viki to be accurate when wide awake was risky enough, but when asleep...

But did he curse himself? Most certainly not. Because Luc, bearer of the True Wind Rune, didn't make mistakes.

This is stupid... Luc thought.

Apparently some giant, cosmic force of some sort had decided it would be funny to do this to him. Regardless of who had done it, Luc cursed them to the end of the planet.

Who knew where he was. He'd never seen such a place before. A small, fenced area with green painted floors, white lines and a waist-length net separating the area neatly in half. Regardless of how unnerved he was by the unfamiliarity of it, it had borne fruit. He'd finally found the thing he'd been looking for! He could feel it. It was nearby. But it seemed that in order to acquire access to the special item he'd been seeking, he'd have to play a game.

Fine. I'm quite good at games, he told himself. For a glorious, fleeting second.

In fact, playing the game was the only way out, or else he'd be trapped here forever, playing an eternal game of...whatever it was called.

Luc's opponent brooded happily at the other end of the court. "Are you going to try HITTING the ball at some point?"

Small, fluorescent green balls surrounded the frustrated mage, rolling slowly around on the ground. He'd missed every ball sent to his side - every single one.

I'm a magician. I shouldn't have to play such a silly game...

Of course, his opponent would have to be him - that stupid idiot who had been Tir McDohl's friend. What had his name been? Fred? Red? Ted...? Something like that. He'd taken an intense disliking to him from the moment they'd met, and the feeling had been entirely mutual. So of course, Luc would have to set eyes on him again - play the game against him here. Damn.

Not to mention…wasn't Whatshisname supposed to be dead?

Luc stepped up to the net, his knuckles gripping the netted stick tightly, causing them to go white. Ted also stepped up, looking amused.

"What's wrong? Don't know how to play tennis? I thought you knew everything, Luc."

"Just serve..." Luc said darkly, looking over at his opponent with absolute hatred.

"Do you even know the rules?"

"Just…serve..."

Luc and Ted walked back to the opposing ends of the court and Luc watched, determined to finally hit at least one ball sent him way. He watched intently as Ted leaped up lightly and chucked the ball towards him.

Hit it hit it hit it…

voom bounce… bounce…rolllll….

Luc couldn't take it anymore. The anger seethed deep within him, and he lost himself in it. He tossed his racket towards the net, screaming obscenities so obscene that they can't be written in this story. He ran over and picked his fallen racket from the ground, only to throw it forcefully back down on the ground in a fit. He began to stomp all over it, breaking the netting and shaft, rendering it completely useless.

Ted laughed from his side of the net, apparently enjoying the show. That just made Luc angrier, but he didn't have anything else to take his abuse out on. Better to try and calm himself down.

Luc's rage slowly subsided and he merely steeped, staring at his feet, fists clenched.

ring ring

An odd noise…what was that? Luc looked up to see Ted bring out a purple hand-held device and press something on it.

Luc's attention fell on the device. That was it! The key to his visions! But how would something like that tell him what he needed to know?

Ted was reading something on the device, looking worried and devastated. "No…no. It's not like that. I told you it's not like that…please…"

Luc had no idea what would have shaken his opponent so badly, but he felt a spark of enjoyment at seeing it. It served Ted right for his snippy attitude…the shrimp.

"ARGH! THEY DON'T EVEN HAVE THE DECENCY TO FIRE ME IN PERSON! NOW WHO WILL SPONSOR MEEEE? I DIDN'T USE ENHANCEMENT RUNES, HONEST! WHY WON'T ANYONE BELIEVE MEEEE?"

Ted was completely catatonic now, flailing about. Luc enjoyed it immensely. It didn't matter what Ted's pain was even about - Luc just revelled in watching it. Sure, maybe that made him a horrible person, but…eh. Life wasn't a popularity contest, anyway.

He enjoyed it for a few more seconds, then became serious. There were more important things to deal with. First, how would he get the purple thing away from Ted? Secondly, how would he get out of here? Luc prayed for some form of convenient answer to fall from the sky. And so it did.

CHOO

A figure flew from the sky and before Luc could comprehend, a woman landed on Ted, knocking him face first into the pavement. Viki now sat atop his back, looking completely bewildered.

In the confusion, the device Ted had in his possession flew from his hand to the ground by Luc's feet. He couldn't believe his luck! He picked up the device and looked at it a moment. Something was on the screen - a message.

Ted…we got the result of your tests back and they indicate that you are a cheater. We are no longer able to have you sponsor Coca-Cola. It is bad for our image. Simply put - you're FIRED.

That doesn't tell me anything… Luc thought to himself.

"Uh…wha…what happened?" Viki, who now sat on Ted's back, said while wiping the sleep seeds from her eyes.

Luc could not believe his luck! Not only did he have what he needed - he also had a way out of this place. He ran over to Viki and grabbed her arm. "Get us out of here!"

Viki looked around. "Luc? Where am I? Where are we?"

"Who cares? Just get us out of here!"

"Uh…okay…"

With a sneeze, both Viki and Luc were gone, back to the Orange Army Headquarters.

If Luc was a more grateful person, he might have thanked Viki, but instead he merely ran off to his room, which was in a secret area off the Scroll of Stars, and began playing with the purple device he'd stolen from Ted.

Nothing. For hours and hours he played with it, but it made no sense.

"Come on. Come on! Just tell me something useful!" he cursed.

But all the screen would flash was "Use the Force, Luc."

Alkisah , hiduplah sebuah keluarga yang tinggal di Harmonia . keluarga tersebut terdiri dari Ayah yang bernama Hikusaak , Ibu Leknaat , dan sepasang anak laki-laki kembar mereka yang bernama Luc dan Sasarai . tapi mereka itu sangaaaatlah miskin , sampai-sampai badan Luc dan Sasarai kurus kering kayak cacing ! maklum , Pak Hikusaak itu berprofesi sebagai Runemaster yang gak laku di Harmonia . Sementara Bundo Leknaat bekerja sebagai tukang pijat refleksi sekaligus peramal astrologi yang hobinya melototin bintang . akhirnya...

"Honey, ane mau jadi TKI di Arab aja boleh gak?" kata Hikusaak

"Hah? Honey? maksudnya madu? Ambil aja di kulkas..." Kata Leknaat

"aduh...bukan Honey madu , maksudnya "sayang" dalam bahasa inggris !" kata Hikusaak

"apaaa? Kamu lebih sayang sama Hani daripada aku? Kejamnya dikau! Aku kan jauh lebih manis daripada mantan pacarmu , si Hani itu..." sahut Leknaat.

Setelah itu , Leknaat pun segera menyanyikan lagu yang sering dipakai oleh para pengamen , yaitu...

Aku tak mau bila aku dimadu...

Pulangkan aku ke rumah orang tuaku...

(aduh, istriku ini nilai bahasa Inggrisnya berapa sih?) celetuk Hikusaak dalam hatinya

"Ya udah deh...abang minta maaf . gini nih , abang pengen jadi TKI di Arab sono boleh gak?" kata Hikusaak

"apaaa? TKI ? berarti abang harus ninggalin aku dan anak kita dong? Luc dan Sasarai kan masih kecil , baru 7 tahun...ntar mereka bingung bapaknya siapa lagi..." kata Leknaat

"ah...soal itu mah Gampang ! tiap bulan aku bakal kirim foto-fotoku yang paling keren buat mereka . lagipula muka mereka dan aku kan gak jauh-jauh amat 'kan ? sering disangka kembar malah. soal duit , tiap bulan aku kirim deh... pokoke Don't Worry lah !" ujar Hikusaak sambil tersenyum najis.

"oh, gitchu yah...ya udah deh...asal kamu jangan selingkuh ya ! soalnya ntar aku jadi janda beranak dua lagi !"

"ahaha...tenang honey. hatiku ini gak akan berpaling darimu kok" (sinetron mode : on)

"tuh kan , lagi-lagi Hani..." kata Leknaat

Mendengar percakapan kedua orang tuanya , Luc dan Sasarai pun terbangun.

"Ayah mau kemana?" tanya Luc

"Ayahmu ini mau ke Arab buat jadi TKI . jadi bentar lagi dia gak bisa bersama kita lagi...hiks hiks" ujar Leknaat sambil berlinang air mata

"Bundo , ARAB itu apa? Sejenis makanan yang suka Bundo buat bukan?" tanya Sasarai polos

"Itu namanya URAP . Dasar bego...kalo Arab mah nama negara tauk !" jawab Luc ketus.

"oh...gitu ya...kirain masih saudaranya rendang..." kata Sasarai

"sudah-sudah . kalian jangan bertengkar...besok kalian kan sekolah..." ujar Leknaat

"Yeei , orang besok hari minggu !" jawab Luc dan Sasarai kompak

"Ya udah, besok pagi Bapak pergi ya...jangan rindukan aku , tapi apabila engkau sudah tak kuasa menahan rasa rindu ini , gerakanlah jari-jemarimu ke nomor HP-ku..." kata Hikusaak

Akhirnya , Hikusaak pun pergi merantau mencari nafkah di negeri padang pasir yang tandus dan banyak Onta-nya . namun sayangnya hari demi hari , bulan demi bulan , tahun demi tahun , Hikusaak tak jua datang...akhirnya Bundo Leknaat harus menggantikan posisi Hikusaak dalam mencari nafkah . untungnya Luc dan Sasarai itu anak yang pintar , tapi Luc itu anaknya lebih badung daripada Sasarai . Masa' dia suka mukulin para tupai terbang yang lewat pake tongkat sihir di depan rumahnya ! sampai akhirnya dia terjatuh gara-gara kesandung bekicot pas ngejar Mukumuku sehingga dia punya bekas luka yang gak bisa hilang di lengannya . Tapi lucunya bentuk luka Luc itu seperti logonya True Wind Rune , hihihi...

Akhirnya 15 tahun berlalu , Luc dan Sasarai tumbuh menjadi pria yang ganteng rupawan . Sasarai mendapat beasiswa S2 ke Falena sehingga dia harus meninggalkan ibunya dan Luc . Sementara Luc berniat mencari kerja setelah lulus kuliah karena kasihan melihat emaknya yang makin lama makin tua dan peot harus mencari nafkah . Kemudian dia bertemu Albert , anak pak Camat yang sudah sukses dan tajir setelah pergi merantau ke Dunan . lalu...

"Bert , gimana sih caranya biar bisa sukses bin tajir kayak kamu ?" tanya Luc

"Wah , itu mah gampang...asal kamu rajin dan jujur pasti ada jalan..." jawab Albert dengan cool-nya

"Alah , yang kayak gitu aku juga tau kali ! eh , emangnya kamu di sana kerja apa?" tanya Luc lagi

"Di Dunan aku jadi pengusaha SATE KAMBING KHAS HARMONIA " kata Albert

"WHAT ! SATE KAMBING ? gak salah denger nih , bukannya biasanya keluarga Silverberg itu jadi guru atau dosen?" kata Luc

"Wih , jangan ngehina lo...biar kate sate Kambing tapi orang Dunan itu demen banget ma sate kambing loh ! coba aja tanya ke orang-orang Dunan sate kambing mana yang paling Ajib , pasti mereka bilang "SATE KAMBING AKANG ALBERT" hahaha..." Jawab Albert

"wow...canggih juga nih . aku boleh jadi pegawaimu gak ?" pinta Luc

"Pegawai? Oh, boleh-boleh. Lagipula Sate Kambing Akang Albert mau buka cabang di Toran..." jawab Albert

"Boleh! Yesss! SATE KAMBING , WAIT FOR MEEE ! ALBERT , KAMU GAAANNNTENNGG DEH !" teriak Luc sambil memeluk Albert.

"HUSSSH ! SAYA MASIH NORMAL TAUK ! Lepasin dong ! ntar orang-orang kira kita jeruk-makan-jeruk lagi ! awas aja kalo bentar lagi fanfic Yaoi kita nongol di internet !"

"Ehehe...maaf maaf, ini murni nafsu gara-gara terlalu senang" celetuk Luc

"Ya udah, lo minta ijin aja ke emak lo sana! besok pagi kita berangkat yah. jangan lupa!" kata Albert

"oke deh! CAPCUSSS!" kata Luc

~sesampainya di rumah~

"Mak , besok Luc boleh ke Toran gak? Luc mau kerja di perusahaannya Albert"

"Hah , Toran? Itu kan jauh banget...gak ah , nanti kamu kenapa-kenapa lagi" jawab Leknaat

"Ayolah mak, Sasarai aja ke Falena dibolehin , kenapa aku nggak ?" kata Luc

"Ya udah deh , terserah kamu . tapi pas pulang nanti kamu jangan lupa bawa bini yah! Emak dah gak tahan pengen nimang cucu nih!" kata Leknaat

"ahaha...soal itu mah gampang , dengan ketampananku ini pasti wanita pada klepek-klepek dibuatnya . buktinya di berbagai Forum Suikoden dan Friendster banyak tuh cewek-cewek yang nge-fans sama aku , banyak yang ngaku-ngaku jadi pacarku pula . hihihi..." ujar Luc bangga

"Aih , sejak kapan kau jadi narsis begini ? mau nyaingin Vincent dan Simone yah?" tanya Leknaat

"hehehe...namanya juga bercanda mak , tapi ini fakta lho...saking gilanya , sampai pengarang cerita ini aja nge-fans sama aku." jawab Luc

"hahaha...anakku ini ternyata pandai bersilat lidah . eh, katanya lagi buru-buru...mendingan cepat pergi , nanti si Albert marah-marah lagi..." kata Leknaat

"Oke Mak ! Luc pergi dulu ya ! ntar Luc kasih oleh-oleh ya !" ucap Luc sambil mencium pipi ibunya tersebut .

"Nanti kalau udah sukses jangan lupa sama Emak dan Harmonia ya !" kata Leknaat sambil melambaikan tangannya , air mata pun tak kuasa dibendungnya .

~Di Pelabuhan~

"Busett...lama bener lho , niat gak sih jadi pegawai gue?" kata Albert agak kesal.

"Iya , Sorry maaf gomenasai . nanti aku bakal kerja yang rajin deh" Ujar Luc sambil menghibur

"Oke, kamu masuk aja ke kapal yang ada tulisan 'Kutunggu Jandamu' , terus bilang kamu ini anak buahnya Albert Silverberg" kata Albert

"Hah? Kamu gak ikut nih?" tanya Luc terkejut

"Ya...namanya juga gue bosnya , kan harus siap-sedia di kantor pusat . aneh sekali dikau" jawab Albert

"Yes Sir! Ane cabut dulu yah!" kata Luc

"Dasar , anak muda jaman sekarang..." ujar Albert

Akhirnya , Luc pun pergi dari Harmonia menuju ke Toran Republic . Namun sayang beribu sayang ternyata kapal yang ditumpangi Luc diserang kawanan bajak laut dari Island Nations . Banyak harta benda yang dirampas dari para penumpang tersebut . tak terkecuali Luc , duitnya abis gak bersisa bagaikan dompetku (?). Tapi dia masih bersyukur karena dia gak sempat dibunuh oleh mereka.

Kemudian , Luc terkatung-katung di tengah laut. Tapi akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai . dengan perut super lapar akhirnya dia mencoba berjalan dengan sisa tenaga yang ada menuju desa yang terletak tak jauh dari pantai. Setelah diketahui , ternyata nama desa itu adalah Desa Grassland yang sangat makmur perekonomiannya dan memiliki penduduk yang ramah . Di sana dia bekerja kepada seorang pengusaha bawang bombay dan tempe , namanya Pak Wyatt Lightfellow . Orangnya baiiikk buangeeett , ditambah lagi dengan Luc yang mengikuti tips sukses Albert Silverberg yaitu harus rajin, jujur, dermawan, baik hati, tidak sombong serta rajin menabung . Maka dengan segera Luc menjadi pengusaha sayur yang sukses dan bisa mendirikan Supermarket dan Minimarket sendiri , ck ck ck...

Namun ada yang terasa kurang dalam kehidupan Luc , yaitu istri ! apalagi dia ingat dengan pesan ibunya yang udah gak tahan pengen nimang cucu. Kebetulan Luc lagi ngincar cewek cantik bin aduhai yang bermata biru dan berambut pirang anak Pak RT , siapa lagi kalau bukan Sarah^^. Gosipnya sih dia juga naksir sama Luc dari dulu . Akhirnya dia membunderkan tekad buat ngelamar dia , dengan semangat 45 dia menuju rumah pak RT sambil membawa cincin emas putih 24 karat bertahtakan berlian 75 karat (busseeett! Maklum aja , namanya juga Luc udah jadi orang tajir) yang dibeli di toko emas Gordon. lalu...

*tok* *tok* (Suara Luc mengetuk pintu rumah Pak RT)

*kriiieeettt*(suara pintu dibuka) ~gak penting banget seeh?~

Maka , setelah pintu dibuka...tampaklah seorang pria jangkung tinggi najis yang berambut pirang bertampang sangar dan memakai baju hitam-hitam . Namanya Pak Yuber , dan dialah si Pak RT tersebut , nah lho...

"Heh ? ada apaan situ datang ke rumah gue ?" kata Yuber sambil pasang muka sangar

"Eh , anu Pak...s-s-s-s-saya m-mau ketemu sama putri Bapak , S-s-sarah" kata Luc ketakutan karena melihat golok dan celurit menggantung di celana Pak Yuber.

"Oh , gitu...SARAAAAAHHH ! ADA YANG MAU KETEMU KAMU TUH !" teriak Yuber

"HAH ? SIAPAAA ?" jawab Sarah sambil teriak juga

"JURAGAAANNN PETE DAN JENGKOOLLLL !" teriak Yuber lagi

"WAH ! LUC ? BILANGIN KE DIA TUNGGU SEBENTAR LAGI YA ! AKU LAGI BERSEMEDI DI WC NIH...!" kata Sarah

"ehm...Pak , saya ini bukan juragan pete dan jengkol..." kata Luc agak Shock abis dibilangin juragan pete

"Ho...kalau begitu juragan ikan asin, telor asin, dan terasi bukan ?" tanya Yuber pura-pura bego

"Aduh , bukan juga ! saya ini pemilik supermarket "Angin ribut" pak..." jawab Luc

"Double U-O-W ! (baca: WOW!) ternyata situ tajir juga ya , Supermarket "Angin Ribut" itu kan beken bangett !" kata Yuber takjub

"hehehe...yah , lumayan pak . tiap hari cuma cukup buat membeli sepiring nasi dan sekwintal berlian" kata Luc narsis

"By the way Busway , maksudnya bersemedi di WC itu apa ya pak ?" tanya Luc

"waduh ! masak gitu aja kamu gak tau , maksudnya itu...pssst psst" bisik Yuber

(terserah kalian mem-persepsikannya^^)

Akhirnya , Sarah yang sudah selesai bersemedi di WC datang ke hadapan Luc dengan anggunnya. Membuat Luc tercengang nyaris ngiler melihat kecantikan Sarah . kemudian...

"Ehm...Tuan Luc ada perlu apa ke sini ya?" tanya Sarah malu-malu sapi (bukan malu-malu kucing nih...)

Eh , tiba-tiba mangalun lagu BGMnya "Janji Suci" milik band Yovie and Nuno entah dari mana asalnya...ternyata pengarang sendiri yang muter radio...dasar jahil !

Dengarkanlah wanita impianku

Malam ini akan kusampaikan

Janji suci satu untuk selamanya

Dengarkanlah kesungguhan ini...

Aku ingin mempersuntingmu...

Tuk yang Pertama , dan terakhir...

Jangan kau tolak dan buatku hancur,

Ku tak akan mengulang tuk meminta

Satu keyakinan hatiku ini

Akulah yang terbaik untukmu...

"Sarah...will you marry me ?" kata Luc dengan ekspresi serius sambil mempelihatkan cincinnya

"Yes . I will marry you , Luc..." kata Sarah (Cieeee...)

"YES ! YAHOOO! Akhirnya aku bisa punya mantu tajir juga !" teriak Yuber kegirangan

~Di Acara Akad Nikah~

"Luc , jangan lupa beliin sate kambing saya terus yah...meskipun mungkin bini lo bisa masakin sate kambing sendiri..." kata Albert

" Luc , jangan lupa juga jadikan saya supplier bawang bombay di Supermarketmu ya...hiks hiks" kata Wyatt

"Hiks...hiks...kakak , gak nyangka kakak bisa kawin juga , ane jadi terharu nih...aku juga pengen punya cewek dong...tolong sebarin fotoku di Supermarketmu yah...biar aku tambah eksis..." kata Sasarai , yang udah datang jauh-jauh dari Falena dan sekarang telah menjadi Bishop di Harmonia

"Wah , akhirnya kamu bisa jadi dengan Sarah juga , meskipun ini Cuma fanfic bikinanku sendiri...ane jadi terharu nih..." kata pengarang sambil nangis-nangis sesenggukan gak jelas , ingusan lagi !

Setelah lama tak pulang ke kampung halaman , akhirnya Luc jadi rindu juga pada tempat asalnya , Harmonia . Dia pun memutuskan untuk mudik dengan turut membawa istrinya dengan menaiki kapal pesiar yang sangatlah mewah dilengkapi dengan para pengawalnya yang banyak sekali . sesampainya di sana , ternyata banyak sekali orang yang menyambutnya . Tak terkecuali Bundo Leknaat . dia senang karena anaknya telah sukses . apalagi dia tambah yakin bahwa itu Luc setelah melihat tato , eh maksudnya bekas luka yang mirip logo True Wind Rune di lengannya . maka dengan segera dia memeluk Luc di tengah keramaian orang banyak . yang tentu membuat Luc menjadi kaget setengah modar.

"Idih , siapa sih nenek peyot ini ? nempel-nempel gak jelas ke badanku, jijay ih!" kata Luc

"Ya Ampun nak , ini aku bundomu...Leknaat si pelayan seksi . Eh! , maksudnya Leknaat si tukang pijat refleksi..." jawab Leknaat

"Wah , jadi ini emaknya abang..." kata Sarah

"Heh , sembarangan ! bundoku itu orangnya seksi kayak Angelina Jolie ! bukan kayak ginian !" bentak Luc

" Oh , jadi begitu ya...mentang-mentang udah sukses kamu jadi melupakan ibu ! seperti kata pepatah : habis manis permen karet dibuang !" kata Leknaat

"EGP , Emang gue pikirin ?" ujar Luc

"Oh Gate Rune , apabila Luc benar anakku maka kutuklah dia menjadi...Luc Action Figure skala 1:1 ! dia itu anak tak tahu diuntung...masa' dia bilang mukaku peyot , padahal segini kencangnya !" kata Leknaat dengan Murka

"APAAAA? ACTION FIGURE SKALA 1:1 ? TIDAAAAAKKK! AKU TAK MAU BADANKU DIPASANG DI KAMAR PENGARANG EDAN INI ! HUAAAAAA!" teriak Luc

"SUAMIKUUUU !" teriak Sarah

(lho kok jadi mirip film india ya?)

Tapi nasi telah menjadi lontong , gak bisa dibalikin lagi . begitu pula dengan kemurkaan Leknaat , meskipun Luc sudah nangis darah dan bombay (Lebay mode: on), Tapi Leknaat tetap tidak mau memaafkannya. Beginilah nasib tragis dari Luc Kundang , huaaaaa !

LOH ? KOK UDAHAN CERITANYA?

Afterwords :

Dengan demikian , Luc pun telah menjadi Action Figure skala 1:1 (Intinya sih sama-sama jadi patung...) dan akan dipajang di kamarku...hehehe , bercanda kok^^. Nah , gimana ceritanya ? Humornya lucu gak? Mudah-mudahan aja cerita ini bisa membuat anda sekalian jadi nyengir-nyengir gak jelas di depan komputer dan HP. Jangan lupa Reviews-nya !

Frey menghidupkan tv yang ada di depannya trus gonti-ganti channel asal-asalan. Kenapa harus Frey? Abis dia pemenang voting Suikoboys kemarin sih... eheheh... lanjut... Trus dia berhenti di satu channel karena tiba-tiba diseret Lym buat main boneka bareng. Dia ninggalin itu tv dalam keadaan hidup. Mari kita lihat apa yang ditayangkan tv tersebut.

Tampak sekelompok cowok sedang merekam aksi gila teman mereka sebagai sebuah akting yang sangat lebay. Si sutradara mengomentari hasil kerja mereka. "Semua orang pasti cinta mati sama lo!"

Tiba-tiba cewek dateng dan maki-maki. "Mati aja lo!"

Kenapa menderita demi cinta? Cinta Cuma butuh Alpenliebe...(readers: swt.) Iklan gajebo...lanjut deh.

"Selamat siang pemirsa, jumpa lagi bersama saya, Shara Sherenia, akan menemani anda dalam durasi berikutnya untuk menyaksikan kisah-kisah seputar selebritis Suikoden yang sedang in saat ini, hanya di Suikoden Spot, spot-nya para gossiper!"

sfx mulai... jeng jeng...

"Pagi ini kita akan membicarakan tentang pasangan pasangan muda di Suiko World. Banyak isu yang beredar di kalangan penggemarnya bahwa sang pemilik Budehuc Corporation ternyata sudah menemukan tambatan hatinya. Siapakah gadis yang beruntung mendapatkan cinta darinya?"

layar berubah jadi pemandangan jalanan kafe-kafe, trus mengarah ke jalan sepi. Kliatan dari luar sebuah cafe ada cewek dengan rambut emas dan mata hijau, lagi duduk sambil mainin sedotan, kayaknya lagi nunggu seseorang. (siapa hayooo? xp)

Sadar ada kamera ngincer dari jauh, Cecile panik dan kabur keluar cafe. Bukannya kabur ngambil langkah seribu dari wartawan, dia malah mengambil tombak terdekat dan menancapkannya, straight to the camera.

JLEB! Trus layar brubah jadi item.

Iklan...

-jengjengjeng- Telah hadir, fanfic terbaru dan memiliki tingkat review terbanyak di genre Suikoden: Someone from Nowhere! Fanfic karangan Suikorin ini sangat popular (meski sekarang hiatus).

Dukunglah pembuatan kelanjutan fic ini dengan cara, ketik GO! Di Submit Review dan kirim kesan-kesan kalian pada authoress satu itu...di jamin akan meningkatkan semangatnya untuk terus berkarya! (mungkin...)

Iklan lagi...

(BGM) Mau nonton konser Suikoboys? Hubungi sang manajer, Klaus Windamier di 0812345678910 dst. Menangkan kesempatan untuk menonton konser mereka dari kursi VVIP!

Layar ganti lagi, nayangin ada wartawan, yang ternyata adalah Yuber.

"Baiklah pemirsa, inilah tayangan eksklusif kencan Thomas dan soulmate-nya...hih, jijik gue ngomong soulmate..."

"Udah, berisik lo!" protes Pesmerga si kameramen.

Kamera mengarah ke kursi sebuah taman. Cecile lagi duduk sendirian trus ada yang datang. Jeng jeng jeng... siapa tuh?

Si Thomas datang nyamperin Cecile. Mau tau apa percakapannya?

Thomas datang dan dengan santainya duduk disamping Cecile. "Hey, udah lama?" dia nanya dengan sopan (sopan gitu?).

Cecile noleh ke Thomas dan ngasih senyum manis. "Nggak kok... baruu..aja..." katanya, bohong. Dalem hati dia nyumpah-nyumpahin Thomas. 'IYE! GUE UDAH NUNGGU ELO DARI DUA JAM YANG LALU, TAU GAK LO!' tapi karena saking cintanya, dia cuma senyum. Thomas senyum balik.

Trus Thomas ngraih tangan Cecile, bikin Cecile blushing. "Cecile...aku..."

Cecile degdegan. "Ya?"

"Jangan dijawab dulu yah..."

"Iya bang..." (inget lagu project pop yang 'Adek'?)

"Cecile..."

"Iya bang..."

Mulai menghela nafas, sebel. "Jangan dijawab dulu..."

"Iya bang..."

Thomas narik nafas. "Cecile..."

"Iya bang..."

Tau-tau ada urat menyembul di belakang kepala Thomas. Yang kaya di komik itu... "Tadi katanya bisa, sekarang iya bang lagi..."

"Bisa bang..."

"Oke..." senyum sok tenang. "Cecile..."

"Iya bang..."

Beneran marah. "TADI KATANYA MAU DIAAAMM?" teriaknya frustasi.

"eh, bang..."

"Ogah ah... abang sebel sama adek!" (lho...sejak kapan mereka ber-abang ade?)

balik ke wartawan...

"Pertengkaran telah terjadi saudara-saudara, dan Thomas mulai sebel dan yak! Thomas meninggalkan Cecile sendirian, saudara-saudara! Kemudian Cecile panik dan mengejar Thomas lagi! Dan... aaaaaaaahhhh... sayang sekali! Thomas beneran marah dan AAAAAAWWWW!" Yuber teriak kesakitan karena lagi-lagi ada tombak nancep, kali ini di kepalanya.

Pesmerga pingin ketawa, tapi karena jaim cuman menyeringai kejam (mang mo taruh di mana muka kalau sampe Pesmerga ngakak gila?). "Rasain...banyak bacot sih..."

"Elo lagi! Gggrrr..." Cecile mulai menyerbu Yuber dan Pesmerga, dan entah bagaimana nasib mereka berdua di tangan Cecile yang sedang total ngamuknya itu.

balik ke Shara.

Shara lagi baca komik Suikoden via online, ngakak sendiri pas baca SV: the Anthology.

"OI! Giliran elo,atuh!" kata seseorang teriak. Shara negok kamera trus buru-buru nyembunyiin make up nya.

Kembali ke expresi semula. "Terkadang cinta sangat menyakitkan, bagi para pasangan muda yang sedang dilanda asmara itu. Rasa cinta Thomas yang tak kunjung sampai kepada sang gadis, Cecile, sungguh tak tertahankan. Akankah, kisah ini berakhir bahagia?"

Pasang senyum manis. "Sekian dulu perjumpaan kita kali ini. Kita akan bertemu lagi di hari dan jam yang sama, hanya di Suikoden TV. See you next time and have a nice day!"

Wednesday, February 23, 2011

Stars of Destiny kurang kerjaan

Suatu hari, di Taman Tubbie… eh salah itu mah opening-nya Teletubbies! Intinya, saat itu adalah hari yang cerah buat semua 108 Stars of Destiny yang lagi pada santai-santai di dalem kastil 'mantan'nya Neclord itu, bahkan ada yang legi ajep-ajep kayak orgil di ruang pentas (yang ada panggungnya itu lhooo… gw ga tw mau disebut apa itu ruang). Mari kita liat aktivitas mereka! Sementara itu Riou yang lagi sibuk baca fanfic buatan gue -ditendang-, maksud saya lagi baca buku yang boleh nemu di daerah kuburan, malah muter-muter nggak keruan di dalem kastil dengan mata ke arah buku dan HASILNYA… dia tabrakan ama Viktor di tengah jalan…

BRRUUAAAAKKK! JGHEEERR!

Tabrakan tersebut menimbulkan ledakan dahsyat yang mestinya nggak perlu terjadi karna cuma ngabis-ngabisin ruang buat nulis aja. -didepak- Luc yang kebetulan ada di situ pas 'insiden' aneh bin nggak jelas itu terjadi cuma sweatdrop doang.

"Tabrakan aja pake meledak-ledak kayak gitu… lebay amat sih…" begitulah kira-kira pikiran Luc saat ini. Sementara kedua orang yang tabrakan itu akhirnya nyadar juga setelah pingsan selama 5 detik akibat ledakan yang bikin telinga budeg itu. (halah)

"Aduh… eh, woi! Riou! Jalan itu pake mata, jangan pake buku!" cerocos Viktor. Yang dituju sih malah memfokuskan matanya ke buku lagi. Apaan sih isinya? Penasaran gw… -disepak- Viktor jadi sewot karna selain ditabrak, dia juga dicuekin. "WOI! KOK GUE DICUEKIN, SEH?" teriaknya pas di kuping Riou.

"…HA! Eh, lho, Viktor? Napa lu teriak-teriak?" tanya Riou dengan wajah yang innocent abieez. Viktor yang sewot langsung ninggalin Riou begitu saja. Riou balik membaca buku ngga jelas itu lagi.

Sementara itu, di taman depan dojo yang ada kolamnya itu lho, Sigfried lagi duduk dengan santainya sambil ngebayangin sate burung kesukaannya. (emangnya kuda makan burung?)

"Aaah… enaknya di saat-saat gini gue makan sate burung, tapi bumbu kacangnya enakan diganti ama pete giling, mantep tuh," pikirnya sambil ngiler. Sate burung + pete giling? Gimana rasanya, tuh? Tau-tau Feather mendarat di situ, niatnya sih mau minum. "Nah, ini die yang gue perluin, tinggal cari petenya aja deh," batin Sigfried senang. Jadi dia ndeket-deket ke Feather.

"…ngapain lo deket-deketin gua?" tanyanya bingung, dalam bahasa mereka tentunyaaa…

"Ngga, gw cuma lagi pengen makan sate burung bumbu pete aja…" jawabnya dengan wajah yang seakan mengatakan 'aye pingin nelen elu bulet-bulet'. Dan dimulailah aksi kejar-kejaran antara Sigfried dengan Feather, gara-gara Sigfried yang lagi ngidem sate burung.

Sementara ituu… Clive lagi ajep-ajep ngga jelas bareng Bob, Gijimu, Sheena, de-el-el, de-es-beh di ruang pentas. Grup band(?)nya si Analle ngiringin acara ajep-ajep ngga jelas itu dengan lagu rock yang kadang-kadang melenceng ke dangdut. Bahkan kadang cuma lalala-lilili nggak jelas tanpa nada, cuma gunjrang-gunjreng gitar yang terdengar kacau aja yang ngiringin.

Di Great Hall a.k.a ruang rapat, Shu lagi nguling di tengah ruangan berhubung kosong dan lagi nggak ada orang. "Daripada gw tidur di tempat tidur kecil itu mendingan tidur di sini," pikirnya santai. Nggak nyadar apa kalo dia itu tactician bijaksana nan serius di situ? Bodo amat ah.

Lain lagi dengan di perpus a.k.a perpustakaan. Kahn lagi bertarung ama rayap yang ada di buku yang mau dibacanya. Bolgan lagi belajar perkalian tapi hasilnya malah melenceng jadi pembagian. Muku-Muku dan gengnya lagi ngigitin buku-buku bekas yang ada di bagian belakang perpus. (dimananya, ya?) Dan Gantetsu yang entah kenapa ada di situ lagi komat-kamit baca mantra ngga jelas.

Beda lagi dengan Nanami yang lagi piknik bareng Viki dan Rina di taman belakang. Mereka malah mabuk gara-gara Hai-Yo salah ngasih mereka minuman, mestinya sirup malah jadi sake. Entah apa yang dipikirin Hai-Yo sampe bisa ketuker kayak gitu. Jangan-jangan dia nonton film biru tadi malem? -ngaco, dilempar panci-

Lorelai lagi 'kencan' sama Killey, sementara Flik lagi muter-muter kayak setrika karna nganggur. Nina lagi mikirin taktik untuk ngecengin si Flik, Shin lagi maen bareng laba-laba tarantula yang jadi peliharaan rahasianya, dan Chaco lagi dikejar-kejar ama Sid karna Sid pengen ngisengin ntuh anak.

Kira-kira begitulah yang dilakukan para Stars of Destiny itu kalo lagi nggak ada kerjaan. Sisanya, ada yang lari-lari bareng Stallion di kebun belakang, ada yang lagi loncat-loncat ngga jelas ala kelinci yaitu Shiro, ada juga yang menggeliat-geliat ala orgil di tempat Yoshino nyuci baju dan hal-hal aneh bin gila lainnya.

Dan satu hari yang aneh pun berlalu di kastil yang damai tersebut. (halah)

Ini cerita dari POV Nanami, enjoy it!!!

Halo, semua. Namaku Nanami, cewe biasa umur 16 tahun. Dan sekarang aku lagi jalan-jalan sama adikku tercinta, Riou, di lantai atas kastilnya.

Hebat, gila. Kecil-kecil gini dianya sudah punya kastil sendiri.

Udah gitu, nggak perlu repot mikirin mau makan apa n sapa-sapa yang bersihin bangunan serba wah itu. Secara, dia sekarang ini raja di situ (minta ampun I love you my dear brother!). Keadaan ini beda banget waktu kita masih tinggal di kampung dulu. Dulu yang selalu bersihin rumah eyang kita n masak itu si Jowy anak tetangga. Dia senang hati kok ngerjainnya! Jadi jangan salahin aku kalo tiap malem minta dibikinin pecel sama dia. Beneran deh, keadaan sekarang beda banget ma dulu! Yhaa beda-beda dikit lah, dulu kita nggak punya lift kayak sekarang (lagian buat apa coba, lantai rumah cuma satu juga!). Dulu juga yang bersihin rumah cuma satu orang.

Kalo sekarang, tinggal pencet tombol intercom n para pelayan langsung dateng bawa sapu, sulak, pel, lap, menu, rak makan, sapu, sulak, pel…

Eh? Udah kusebutin? Oke, sori. Maklum, akhir-akhir ini aku emang lagi rada stress. Alasannya adalah tak lain tak bukan si adikku ini. Tepatnya, adikku dan teman-temannya itu.

Bukannya aku nggak setuju atau gimana. Menurutku wajar laah kalo orang terkenal kayak kita-kita ini banyak pengikutnya -hidung memanjang- tapi kalo diliat-liat lagi kebangetan juga.

Nah lho, baru juga mikir, dateng juga salah satu orang yang kumaksud. Eh salah, dua. Vincent dan Simonyet.

Ha? Namanya Simone?

Oke, jadi sekarang mereka lagi dadah-dadah ke kita gitu deh. Ampun, padahal jaraknya masih jauh gini tapi parfumnya udah kecium! Buset. Aku mesti cepetan pake masker anti racunku nih. Untung kubawa ke mana-mana. Hohahaha.

"Mon Ami! Riou, sahabatku!" Vincent berlenggak-lenggok jalan ke arah kami. Refleks aku ngeluarin tongkatku, kali aja dia ngapa-ngapain. Hari gini cewek nggak bawa senjata? Apa kata dunia?

Oke, itu jayus, sori.

Anyway, akhirnya dia sampe juga ke sebelahnya si Riou. Sementara itu Simonyet goyang-goyang dombret dengan asiknya.

Iya, iya. Simone. Argh, lupa lagi. Enak aja sih manggilnya, 'Simonyet' gitu.

Eehhh, baru ditolehin sebentar, si Vincent tahu-tahu udah ngerangkul si Riou n ngusap-ngusapin wajahnya ke pipi adikku yang sama sekali nggak merespon itu. "Tumben datang sendiri saja?"

Spontan aku mencak-mencak lah! "#!^*$$#%! Gila lu! Minggirr!"

"Aowh, ternyata ada Nanami." Vincent ngejawab dengan santainya.

"Pikirmu aku ini apa dari tadi? Angin lewat, gitu?" tanyaku dengan lebaynya.

"Ehh, ada Nanami." Kata Riou dengan polosnya.

Riou… masa kamu juga…? Jadi pingin nangis bombay.

"Iyaah… aku di sini kok…" kataku dengan pasrah. Adikku ini biarpun tampangnya cute, innocent, baek, pinter bela diri, tapi kadang-kadang rada lola. Aku langsung noleh-noleh ke sekitar kakiku n kakinya. Kali aja nemu sekrupnya yang lepas.

"Apa dikau datang khusus untuk minum teh dengan moi di sini? Aowh! Aku tersanjung!" Si Vincent langsung berbunga-bunga. Sekilas aku liat Simonyet, eh, Simone, lagi terkapar di lantai. Kayaknya pantatnya habis disengat tawon. Salah siapa nanam bunga mawar kok sebatalyon.

"Nggak. Kita cuman numpang lewat aja kok." Jawabku cepet sambil narik lengannya si Riou.

"Teh? Bole juga…" Riou senyam-senyum tanpa dosa.

Dieng! Gubrak!

Glundung glundung… syuuung brak bruk tin tiiin bruakk bruk bruk seer cuit cuit cuiit…

Dengan susah payah akhirnya aku berhasil juga naek ke lantai atas tempatku tadi. Syukur deh, kupikir aku bakalan mati. Habis gue jatuhnya pas di tangga! Mana ini lantai 4 lagi!

Eh, bener lantai 4 bukan ya? Kok aku jadi lupa?

Lah, kok tadi tiba-tiba pake 'gue' sih?

Tauk ah.

"Riou!" sambarku dengan sedikit greget. "Katanya tadi mau jalan-jalan ajah? Kalo kamu minum teh di sini, aku jalan ma sapa dong?"

Riou noleh, ngeliatin dengan wajah melongonya. Siiing….. detik-detik berlalu, jam, orang ganti kalender, sampe kakiku lumutan gara-gara lamanya dia ngerespon. Riou (akhirnya) kedip-kedip kayak baru sadar gitu trus senyum-senyum lagi. "Ehh, ada Nanami."

Beneran deh, kayaknya dia dah kebangetan lola-nya. Masa dari tadi ngomongnya begituan aja?

Saking gregetnya, aku ambil sepatuku lalu kulempar… ke mukanya Simonyet.

Iyalah! Gak mungkin aku ngelempar ke muka adikku tersayang! Muka halus tanpa jerawat itu hasil jerih payahku bertaun-taun gara-gara depresi pas dia mecahin pot kesayangan eyang.

Ga nyambung ya? Uda lah, sambung-sambungin aja.

"Ack!" Aku kaget pas ternyata sepatuku mental lalu jatoh ke halaman luar kastil.

"Hah! Nanamiiii…!" Riou teriak-teriak di pager pembatas, ngeliatin ke arah sepatuku tadi jatoh. Ampun, tadi itu sepatuku yang jatoh, bukan aku!

"Aku di sini, Riooouu….!" Aku ikutan teriak-teriak lebay di sebelahnya saking gregetnya.

Riou kaget, lalu noleh lagi ke aku. Ga berapa lama, dia balik lagi liat ke bawah sambil tolah-toleh nyari sesuatu. "Nanamii…! Kamu di mana?"

Aku ngeliatin dia tanpa ekspresi.

Beberapa menit kemudian, setelah puas melampiaskan uneg-unegku ke Riou (yang mengakibatkan Simonyet dilarikan ke RS kastil krn lebam-lebam n mukanya ga bentuk lagi) akhirnya aku samperin juga adikku yang tengah minum teh dengan nikmatnya sama si Vincent.

"Riou, kakak mau cari sepatu dulu yah. Tar kalo dah nemu, kakak balik lagi deh." Kataku sambil nepuk-nepuk pundaknya.

"Iyaa. Aku nggak ke mana-mana kok." Jawabnya. Tumben nyambung!

"Percayakan Riou pada moi, mademoiselle. Vincent akan selalu menjagainya." Si Vincent ikut-ikutan, lalu kedip-kedip ga jelas ke Riou. Aku jadi tambah kuatir.

"Kakak nggak bakal lama, kok. Jangan nakal, ya!" kataku waktu jalan beberapa langkah.

"Iyaaa." Riou dadah-dadah. Aku jalan lagi.

"Entar kalo laper, minta si Vincent beliin makan, ya! Ga usah sungkan!" kataku lagi, sedikit ga rela ninggalin dia.

"Iyaaa." Riou dadah-dadah lagi. Aku jalan lagi.

"Bawa sapu tangan kan? Kalo tehnya tumpah ato makan kuenya cemot-cemot, minta Vincent yang ngelapin ya!" Kataku lagi pada Riou yang keliatan jauh.

"Iyaaa.." Riou masih dadah-dadah. Aku turun tangga.

Kulongokin lagi kepalaku. "Oh iya, kalo…"

"Udah udah! Pergi sana gih!" Vincent teriak sambil greget sementara Riou jawab-jawab "iyaaa" dengan ga jelas padahal ga ada yang ngajak ngomong.

Akhirnya sampe juga aku di halaman kastil. Kakiku menapak di daerah berjalan yang terbuat dari batu-batu yang rata-rata datar dengan santainya. Angin semilir menyapu rambut pendekku. Fuhaa… pagi-pagi emang enaknya begini. Tenang, damai, dikelilingi oleh pepohonan dan bunga-bunga yang masih segar karena hujan semalam.

Eh, omong-omong tentang hujan. Kakiku kotor juga nih, kena lumpur. Iyeaks…

Ga pa-pa lah, sekali-kali.

"Hmmm…." Aku mulai sibuk nyari-nyari sepatu yang ga keliatan wujudnya itu. Aku ngelongok ke balik semak-semak, ga ada. Di balik kursi, ga ada. Heran, di mana ya?

Lagi tengah-tengah mencari, tiba-tiba muka Shu nongol dari jendela ruangannya yang terbuka di lantai lima sana.

Eh, lantai lima bukan ya? Tauk ah.

"Sedang apa, Nanami?" tanya sang ahli strategi kastil dengan cool.

Mataku sampe sipit-sipit ngeliatin dia yang cuma keliatan segede kacang dari tempatku itu. "Nyari sepatu. Shu liat ga?"

"Sepatumu?"

"Iyaa."

"Hmmm…." Dia mikir-mikir sebentar. "Yang nggak ada haknya itu, bukan?"

"Ee… iya, nggak ada haknya."

"Itu sepatu atau sandal sih, sebenernya?" tanyanya ga jelas.

"Sepatu!" jawabku rada keras, mulai capek ndongak terus.

"Ooh, sepatu." Dia mikir-mikir lagi.

Kutunggu beberapa detik kok dianya nggak kelar-kelar juga mikirnya.

"Liat ga?"

"Nggak."

Spontan kuambil sepatuku yang satu lagi lalu kulempar ke mukanya! Sayangnya biarpun ga pinter bela diri, dia pinter itung-itungan. Dengan cepetnya dia ngitung kecepatan lemparanku n lamanya sampe ke dia dari jarak, gaya hambat, gaya gravitasi, vektor dll… Intinya, Shu berhasil nutup jendela sebelum sepatuku sampe.

Alhasil, jatohlah lagi sepatuku itu entah di mana.

"$^%$#!(*^%&#!#!" aku nyemburin api ga jelas dari mulut saking ngamuknya. Bisa-bisa darah tinggi aku.

Trus tiba-tiba Shu nongolin lagi kepalanya. Dia buka jendela, lalu ngeliat ke bawah, lalu ngeliat ke aku. "Nanami, sepatumu jatuh ke situ."

"Tau, dodol!"

Akhirnya kuputusin untuk nyari sepatuku yang barusan kulempar berhubung lebih deket n pasti. Biar kakiku ga kotor, aku jalan pake tangan. Pinter banget kan? Aih, udah, nggak usah muji-muji gitu. Jadi pengin punya malu nih. Hohohoho~

Dari kejauhan kuliat ada Kinnison n anjingnya, Shiro. Kayaknya mereka lagi main. Hmmm… ada untungnya juga adikku punya banyak pengikut. Aku jadi bisa cuci mata sama brondong-brondong cakep.

Aku dengan nikmatnya ngeliatin si Kinnison dolan ma anjingnya. Mereka ketawa-ketawa (anjing bisa ketawa?) n saking asiknya nggak sadar kalo aku dah deket.

"Shiro, tangkep nih!" kata Kinnison sambil ngelempar… sepatuku?

"Ah! Woi!" aku buru-buru jalan pake tanganku ke arah mereka. Jangan sampe sepatuku yang cuman ada satu di dunia itu ilang lagi.

Dengan bahagianya Shiro lari-lari ke arah Kinnison sambil ngebawa sepatuku di mulutnya. Ga berapa lama setelah Kinnison ngambil tuh sepatu dari Shiro, si anjing itu malah muntah-muntah ga jelas. Emang segitu baunya kah sepatuku?

Tapi kayaknya Kinnison ngga sadar ma keadaan anjingnya n ngambil ancang-ancang lagi. "Ayo, tangkep lagi, Shiro!"

Shiro nyahut dengan lunglai tapi entah kenapa keliatan semangat (maksud?).

Aku nyepetin jalanku. "Eh, tunggu, Kinnison—!"

"Nih!" Dia ngelempar lagi, kali ini lebih kenceng.

Bletakk

Selanjutnya yang kutahu, mukaku trasa panas meski rada-rada basah n aku sempet kuatir hidungku mancung ke dalem.

Karena capek jalan pake tangan mulu, duduklah aku di bangku halaman kastil yang untungnya masih kosong. Barusan aja dari tempatnya Kinnison. Berhubung ga tega ngliat dia minta maaf sampe nyembah-nyembah nyium tanah n si anjing yang muntahnya ga kelar-kelar, akhirnya aku mutusin mo nyari lagi sendirian.

Di tengah jalan aku ketemu sama si pentol korek. Sapa namanya? Oh iya, Eilie.

"Eilie liat sepatuku ga?" tanyaku. Dia noleh dengan tampang-tampang sinis. Untung aja aku sabar. Kutanyain lagi deh dia, berhubung dianya nggak jawab-jawab. "Eilie…. Liat sepatuku enggak…?" Kali ini nadanya kayak guru TK lagi ngajak ngomong anak didiknya yang belakangan ketauan autis.

Bukannya ngejawab, dia malah teriak kayak aku ini maling aja. "Ninaaaaa!"

Ga berapa lama kemudian datanglah si bocah yang tadi dah disebutin namanya sama si pentol korek. Dua cewek itu lalu berdiri berhadap-hadapan sama aku. Pagi-pagi gini ada apaan seh?

"….Liat sepatuku apa ga?" tanyaku dengan bete. Eilie langsung ngangkat sepatuku yang cuma sebelah itu, yang entah diambilnya dari mana itu, trus senyum bak artis antagonis di sinetron-sinetron.

"Sepatumu ada pada kami! Tapi kami nggak akan menyerahkannya ke kamu!" kata si bocah Nina dengan melengking.

"Napa sih? Emang aku salah apa?" kataku dengan lebay…

"Kamu!" Eilie nunjuk aku (ato bisa dibilang dia malah mencet hidungku sampe bunyi "toet" gitu *halah, apaan sih?*). "Kamu memonopoli Kakanda Riou!"

"…dan juga Abang Flik yayangku!" timpal si Nina ga mau kalah heboh…

Spontan aku ketawa terbahak-bahak begitu denger mereka ngomong gitu. Ketawaku ga kelar-kelar sampe aku kehabisan napas. Tapi trus akhirnya terpaksa kuakhiri juga sebelum dikasi napas buatan sama Shiro. Apaan tuh, 'kakanda Riou'? 'abang Flik'?

"BUhahahahahahaha! Hohahaha! Guahahaha! Ohok ohok…" Aku batuk-batuk ga jelas.

Begitu aku noleh lagi ke mereka, tau-tau mereka dah siap sama masing-masing pisau n buku-buku tebelnya… Nggak ada yang nyulut api tapi aku ngerasa panas sampe keringetan kayak di sauna. Aku nelen ludah.

"Fiuhhh…." Aku duduk di bangku lain di bagian halaman yang lain, capek setelah lari-lari (pake tangan, tentunya) nghindari dua orang yang diem-diem udah bikin fans clubnya Riou, si adik gue, sm Flik, si engkong. Dan tanpa disangka-sangka… aku dijadiin rival gitu!

Kasian amat aku. Padahal secara, wajar aja kalo semua cowok nempel ma aku kayak perangko… berhubung aku ini cewe manis yang paling dewasa n baek hati, ramah, rajin, suka menolong, tidak pernah berbohong n pandai menabung...

Agh, nasib. Hiks hiks…

Btw, nangis-nangis begini jadi laper nih.

"Jowyyyyy…! Bikinin pecel doonkz!" teriakku ga nyadar kaca jendela Shu yang di lantai atas sono pecah.

Ups. Gue lupa kalo sekarang si Jowy juga udah punya kerajaannya sendiri. Dan sekarang you know what? Kerajaannya dikenal sebagai kerajaan paling bersih yang pernah ada! Ngalah-ngalahin kastilnya dedekku yang emang pavingnya aja njrundal njrundul ga karuan gara-gara akar pohon n suram gitu (secara, punyanya Jowy itu brand new sedangkan punya dedekku tinggal ambil aja dari vampir …).

Ga heran, orang rajanya aja dulu tukang pel di rumah eyang kita di kampung dulu.

Woits, buka-buka aib neh. Ga pa-pa lah, toh orangnya juga nggak ada di sini.

"Nanami, nih pecelnya."

"Ha? Ooh, ya ya. Tengkyu yah," kuambil aja sepiring pecel spesial buatan Jowy n mulai kumakan. Mmmm, rasanya paaas n terasa gurih-gurih bumbunya. Maknyuss deh pokoknya (emang kamu bondan apa?).

"Huummppphh!" Spontan aku keselek begitu sadar kalo ternyata si Jowy dah duduk di depanku dengan gaya kacungnya. Mana dia samperin lap di bahu, pula!

"Jpwy ngapain kmau di sinia?" Yahh sampe salah-salah ketik saking kagetnya.

"Nganterin pecel," jawabnya dengan muka-muka polos. "Kan kamu tadi yang minta."

Blon selesai kaget, tau-tau ada prajurit yang pake seragam Highland dateng n bisik-bisik ke Jowy. Sekilas-sekilas aku denger sih, kayaknya sih mereka ngomongin jemuran yang belum diangkat ato apaa gitu.

"Apa? Gulanya habis? Kok bisa?" tau-tau si Jowy teriak-teriak dengan lebaynya… Dia ga sadar kalo banyak orang ngumpul gara-gara dipikirnya ada acara drama keliling. Lalu si prajurit bisik-bisik lagi.

Kali ini Jowy keliatan lebih lega, sambil ngelus-elus dada. "Oh, bagus deh kalo gitu. Tapi yang paling penting, sabunnya nggak habis kan? Kalo sampe habis bisa-bisa dunia kiamat!"

Nggak sampe segitunya kali.

"Saudara-saudaraku sekalian! Saya adalah Jowy Atreides dari kerajaan Highland!" katanya di atas podium yang muncul entah dari mana itu. "Bukan sulap, bukan sihir! Ini adalah fakta, dan bukan tipuan belaka! Rakyat kita membutuhkan sabun!"

Buset dah, jelek amat pidatonya! Dan lagi, tentang sabun? Kayaknya bawaan waktu masih jadi tukang bersih-bersih di kampung dulu kebawa sampe sekarang deh. Aku ngelap air mata pake sapu tangan yang nemu di jalan dengan prihatin.

Prajurit yang tadi bisik-bisik dateng lagi n ngasih catetan kecil ke Jowy. Jowy baca-baca sebentar, lalu garuk-garuk pipinya dengan bingung.

"Kok nggak bilang dari tadi kalo jadwalku ngasi penyuluhan bukan di sini? Kan aku jadi malu!" Jowy megang pipinya lalu geleng-geleng ga jelas. Jadi pengin ilfil, tapi karena jarang-jarang bisa liat dia kayak gini, kubiarin aja.

"Nanami, aku harus pergi. Ini adalah teritori musuh, dan aku sangat sadar akan hal itu, makanya…" katanya sambil tiba-tiba pasang tampang serius. Kalo emang sangat sadar ini daerah musuhmu, ngapain juga kamu ke sini coba?

"Jowy! Hentikan pertarungan ini! Bukankah kita dulu bersahabat? Tidak… kita ini adalah keluarga! Keluarga tidak seharusnya bermusuhan seperti ini!" kataku lebay sambil mendramatisir. Curi-curi kesempatan, aku ambil kotak kardus lalu kutulisin : "sumbangan drama keliling", baru balik lagi ngadep dia sambil ngapus air mata yang sebenernya ga ada.

"Lihatlah Riou!" aku nunjuk ke Riou yang kebetulan lagi nongolin kepalanya dari lantai atas tempat dia minum teh sama Vincent. "Dia sangat menderita karena harus melawanmu!"

"Riou… menderita?" Muka Jowy mengeras, tanda kaget n diputer sound effect yang bikin kaget juga. Jowy n aku langsung noleh ke arah Riou.

Dari tempatku keliatan si Riou lagi dadah-dadah dengan semangat ke arah kami dengan muka yang cemot-cemot sama krim n serpihan cake. Aku menganga lebar banget, mulutku sampe hampir nyentuh tanah. Riou, kau tidak membantu sama sekali…! (T-T )

"Riou… kasihan sekali… Sampai kotor begitu…" kata Jowy dengan nada nggak percaya n shock.

"Ha?" Aku melongo. Ralat, kayaknya Riou sangat membantu.

Jowy ngambil lagi lapnya, tapi tangannya dipegang sama si prajurit. "Jangan, Raja! Anda tidak boleh terbawa emosi!"

"Tapi aku tidak tahan… Aku ingin membersihkannya!" Jowy ngeremes lapnya sampe tangannya gemeteran. Aku nglirik ke arah kardus sumbangan n ternyata udah hampir penuh diisi ma uang! Bagus, Jowy, lanjutkan!

"Aku tidak bisa, Nanami." Si Jowy ngomong lagi dengan serius. "Aku dan Riou sudah ditakdirkan untuk berselisih jalan… Dia mengikuti kata hatinya, begitu pula dengan aku."

Aku sempet cegek, kupikir yang dia maksud itu drama keliling lebay yang dari tadi kelakon itu. Aku belum sempet jawab apa-apa waktu dia berbalik n mulai jalan menjauh sama para prajuritnya. "Good bye, Nanami. Kurasa saat ini aku tidak akan bisa menemui kalian lagi. Tapi kuharap saat di mana kita bertiga bisa bersama seperti dulu akan segera tiba…"

Aku kaget. Dia beneran mau pergi? Secepat ini?

Buru-buru aku lari mengejar Jowy, tapi para prajuritnya sudah menghalangi jalanku dengan berdiri rapat sambil membawa senjata mereka masing-masing. "Jowy! Jowy…!" aku teriak-teriak manggil dia tapi dia malah semakin cepat jalannya. Akhirnya dia dah ga keliatan lagi, dan para prajuritnya juga sudah pergi menyusul dia. Aku jatuh berlutut di lantai batu itu lalu nunduk sambil sesenggukan.

"Nanami…" Nina dan Eilie duduk di sebelah kanan-kiriku sambil nyoba-nyoba menghibur aku yang tengah nangis.

Pertama Eilie yang mulai ngomong. "Udah, udah… Jangan sedih… Aku yakin kalau dia pasti bakal berubah.."

"Iya, iya!" Nina ikut-ikutan nyambung dengan rada ragu. "Kalian semua bersahabat, kan? Yang namanya sahabat itu kalau bertengkar biasanya nggak lama-lama, kok! Makanya, Nanami juga jangan sedih terus-menerus, nanti Riou ikutan sedih gimana…"

"Hiks… Jowy… Jowy…" Aku ngelap air mata yang ga berhenti-berhenti. "Kalau Jowy ga mau dateng lagi siapa yang bikinin pecel buatku nantiii…?"

Eilie sama Nina langsung berdiri n tiba-tiba aja aku ngerasa ga enak. Merinding-merinding gimana gitu. Aku noleh ke arah mereka n kedip-kedip setengah ga percaya pas liat si pentol korek dah siap sama pisaunya n si bocah dah megang buku-buku tebel yang diiket sama sabuk di tangannya.

Hiyaaaaaa….

Suara cempreng itu menggema ke seluruh penjuru. Rambut coklat pemuda berbaju merah yang memang sudah dari sananya mencuat itu tiba-tiba goyang-goyang meski nggak ada angin. Riou yang lagi asik makan cake kesepuluhnya itu langsung ngangkat wajahnya n pasang senyum lemot ke Vincent yang bingung sama reaksi raja mudanya itu. "Ada apakah gerangan, mon ami?"

"Nanami…" Riou buka mulut, lalu berhenti bentar kayak film yang macet, trus baru lanjutin lagi beberapa detik kemudian. "Nanami nggak akan kembali dalam waktu dekat. Dia lagi main kejar-kejaran sama petak umpet."

"Oui?" Vincent kedip-kedip bingung. "Dan dari mana dikau tau itu?"

"Tau aja." Lalu Riou ngelanjutin makan cakenya n Vincent mutusin untuk nggak tanya lebih jauh lagi.

Once upon a blank piece of paper, two very different characters from two very different fandoms happened to bump into each other.

One was short (but don't tell him that!), had long blond hair pulled back in a braid and wore a striking red overcoat. The other was tall, bronze-haired and wore a T-shirt with "I'm 2 sexy 4 my sparklz" printed on the front. The only traits they had in common were their genders, golden eyes, first names and the utter shock of meeting each other. Both gasped dramatically, pointed a finger at the other and yelled,

"IT'S EDWARD CULLEN!"

"IT'S EDWARD ELRIC!"

After shouting the obvious truth to the world (hey, this is the realm of fan fiction! Of course they'd recognize each other right away!), the two Edwards stood in stunned silence and scrutinized each other carefully.

Wow, he really IS as short as I've heard he is... Edward Cullen mused, scratching his pale, glistening, perfectly-sculpted chin. (Twilight fangirls across the globe instantly went into cardiac arrest, while the Risembool Rangers pointed at them and laughed.)

Edward Elric simply gulped. He's ...tall.

After another minute or two of uncomfortable silence and sneaking peripheral glances at each other, at the same moment, one thought flashed through their minds:

I bet he thinks he's the better Edward.

And then:

Hehe. We'll just have to find out then, won't we?

Evil smirks spread across their faces. This could be fun.

They turned to each other, fake grins barely hiding the glint in their eyes.

"Hey there."

"Hey."

Edward Cullen casually smoothed back his hair and flashed a smile. (And in hospitals around the world, thousands of defibrillators were needed for the fangirls I mentioned earlier.) "Dude, I'm a vampire."

Edward Elric snickered. "Yeah, without fangs..." (The Risembool Rangers gleefully gave each other high-fives.)

"What was that?" asked the fangless vampire.

"Er, I said I'm an alchemist!" The teenager's face transformed back into a picture of innocence, complete with a halo and a bright grin. Edward Cullen raised his eyebrows in suspicion, but soon shrugged it off and graced the universe with another charmingly crooked smile...one that was just a bit smug, if you squinted hard. (And I won't bother mentioning what happened to all the fangirls this time. As for the Risembool Rangers, they decided to sit back and enjoy the show and began passing around pocky and bowls of movie popcorn.)

"Hey, do you have a car? 'Cause, like, I have one. It's a Volvo. And it's almost as shiny as I am."

"Pfft. Who needs a car to go places when you got two strong legs?" Edward Elric shot him a smile that was twice as smug and reached down to wipe a bit of dirt off one of his well-worn boots in not-so-subtle emphasis; then he straightened and looked up at his rival, arms crossed and one eyebrow raised.

Edward Cullen narrowed his eyes.

This was war.

Before long, the smart remarks were flying back and forth, thick and fast as gunfire.

"My actor is hawt."

"My actor can act."

"I have superpowers, telepathy, a poetic vocabulary and total hawtness."

"I have looks, brains, alchemy, martial art skills and a personality."

"I have golden eyes and a godlike figure and..."

"Whoa, whoa, whoa, HOLD IT. There's only ONE Edward around here who's allowed to have golden eyes and that's ME."

"Says who?"

"Says the Edward who had them first, that's who."

"Well, I bet you don't have cold, hard, pale-white skin that sparkles in the sun."

"So? I've got automail. At least when I sparkle, people don't question my sexuality."

"I'm practically perfect in every way."

"I don't NEED to be perfect for people to like me. OR fall in love with me."

"I'm madly in love with a beautiful, perfect, special snowflake named Bella Swan..."

"Heh, really? I thought her name was Mary Sue."

"Grrrrr..."

"And anyway, I've got a hot mechanic named Winry who could kick her whiny butt ANY day...with nothing but a wrench!"

"At least I know how to woo a woman."

"At least I don't stalk the girl I'm interested in."

"Oh yeah? Well I'm emo and angsty and have a tortured soul."

"Well I'm emo and angsty and have a tortured soul for a REASON."

"Pfft. You're just a bratty kid..."

"And you're just a fake, pathetic excuse of a vampire - no, strike that. You're a carnivorous disco ball."

"Well I'm perfect! And practically invincible! And did I mention I was PERFECT?"

"Sure, you're perfect...perfectly LAME AND TWO-DIMENSIONAL--"

"...Says the CARTOON CHARACTER."

"Says the guy who has more character depth in his prosthetic toe than you do in every ounce of body glitter."

"IT'S NOT BODY GLITTER! I'M NATURALLY SPARKLY!!"

"...Yeah."

"THE CHICKS LOVE IT!"

"Uh-huh."

"Face it, Elric! I OUTSPARKLE YOU!"

"SO WHAT?"

"So I have more fangirls than you, AND...I'm tall."

"WHO ARE YOU CALLIN' A PIPSQUEAK MIDGET WHO CAN'T EVEN GO TO THE BEACH CUZ HE'S SO SMALL HE'LL SINK IN THE SAND AND WHEN THE TIDE COMES IN HE DOESN'T EVEN SAY ANYTHING OR WORRY ABOUT DROWNING CUZ HE'S SO MICROSCOPIC HE CAN BREATHE OXYGEN ATOMS IN THE WATER, YOU SPARKLY CREEP??!"

"Midget!"

"Pansy!!"

"SHRIMP!!"

"THAT'S JUMBO SHRIMP TO YOU, JERK!!..."

"Are you in need of assistance, Edward Elric?" A deep, booming, obnoxiously cheerful voice sent the verbal attacks (and the dialog-heavy fanfic) to a big, screeching halt.

Wide-eyed and startled out of their heated argument, the two testosterone junkies turned to see who'd interrupted them.

To put it all in a nutshell, the newcomer had no shirt on and looked like a cross between Mr. Clean and Arnold Schwarzenegger. There was one blond curl sitting atop his shiny scalp. He also had a thick mustache and several pink sparklies floating around his head. (Don't ask.)

There was another person, too; a teenage girl with blond hair and flashing blue eyes. Flip-flops, cargo pants, greasy mechanic's gloves...it was obvious she didn't really care what she wore as long as it was comfortable and good for getting messy in.

"Edward, you idiot!" she yelled, brandishing a wrench in one hot-tempered fist. "If you go and start fighting and wreck your automail again, so help me, I will give you another concussion!!"

Edward E. slapped a hand over his eyes and groaned, "Why them, of all people? Well, I guess I should be glad that jerk of a colonel didn't show up, too..."

"You rang?" said the aforementioned colonel, coolly stepping onto the scene; a charismatic spark in his dark eyes. He looked down at the seething boy with a smirk. "What's the matter, Fullmetal? It seems you can't even take on a sparkling pixie without the debate boiling down to your height. Or lack, thereof..."

"I'M GONNA KILL YOU, MUSTANG!"

Edward C. blinked and stared at them all in confusion. "Uhh...who are you?"

"Who am I?" boomed the Mr. Clean/Arnold Schwarzenegger/shirtless person, stumping towards them with earth-shaking footsteps like a big, friendly elephant. "I am Alex Louis Armstrong, the Strong Arm Alchemist!" He stopped in front of the baffled "vampire", struck a pose and happily flexed his bulging muscles one or two times for good measure. The number of pink sparkles increased.

At this, Edward C. promptly freaked out. (Remember how prone he is to bipolar-type mood swings? Uh-huh.)

"Y-y-w-h-hey!" he spluttered, pointing a shaking finger at Armstrong. "Y-you have sparkles! And a godlike figure! That's MY thing! You stole my shtick!!"

"FOOL!" Armstrong thundered. He bent down to meet Edward C's crazed eyes and pointed a large finger right at his nose. "These sparkles and this godlike figure have been PASSED DOWN THE ARMSTRONG LINE FOR GENERATIONS! This was my shtick before you even EXISTED, lover-boy! Isn't that right, Flame Alchemist?" he added triumphantly, throwing a glance back at Mustang.

"Flame Alchemist?" Edward Cullen inched away, looking extremely nervous...but it was only a few seconds before he continued arguing with Armstrong and the colonel over whose sparkles were whose and how to treat women properly.

Meanwhile, the girl with the wrench pulled off her gloves and sided next to the scowling Edward Elric, surveying the scene before them with skeptical eyes. 

"Hey Ed?" she whispered, pointing at the angry sparklepire. "Who's that guy? He kinda creeps me out."

"You don't wanna know, Winry," Ed sighed. "You don't wanna know..."

~ The End ~

Tuesday, February 22, 2011

Luc aneh

Pagi itu, Luc terlihat stress mondar-mandir didalam ruangan kerjanya, di Le Buque. Entah apa yang ia pikirkan. Tiba-tiba, Sarah memasuki ruangan itu.
"Master Luuuc !" sapa Sarah semangat.
"Ada apa , Sarah ?" Tanya Luc yang keheranan melihat muridnya itu sangat semangat hari ini.
"Master Luc, ini aku dapat hadiah dari Lotre di pasar kaget yang ada setiap hari minggu di jalanan menuju tempat ini, Aku dapat 2 tiket liburan ke Bali ! Anda mau …" belum selesai Sarah bicara, tiba-tiba Yuber memasuki ruangan dan segera memeluk sarah dengan sangat mesranya.
"My Lovely Saraaaaah !" teriak Yuber, "Kamu bawa apa sayang ? akh tiket liburan untuk kita berdua bukan ?" lanjutnya lagi.
"Don't touch me ! maniak ! ge-er lo ! ini buat master Luc gue !" sahut Sarah yang marah-marah karena dipeluk Yuber.
"oh my lovely Saraaah … kau menghancurkan hatiku…" ujar Yuber yang kemudian nangis guling-guling.
"Well, master Luc, erm… anda mau i-" lagi-lagi perkataan Sarah dipotong oleh seseorang.
"my sweetie, Luc ! eke bawa makanan untuk kamyu… ! " teriak Albert yang datang entah dari mana.
"A-ah, Albert bisa tidak Lu jangan nyebut gue pake 'my sweetie' ? sorry aja ya, gue bukan hombreng" tolak Luc yang semakin ilfeel kepada rekan satu gengnya itu.
"Lho ? kenapa sayangku ? kitakan saling cinta ?" sahut Albert yang semakin menjadi-jadi.
"Heh ! Lo ! denger ya ! Master Luc itu bukan Homo seperti Lo ! dia itu normal ! dan pastinya dia maunya sama gue yang cewek tulen ! bukan sama Lo banci cap botol !" selak Sarah yang gak terima kalau Albert juga sangat erm .. mencintai Luc ? mungkin ….
"apa lo bit*h ? " seru Albert yang tiba-tiba marah sama Sarah.
"heh lu juga apa Bu*l ?" sahut Sarah yang tidak terima di maki oleh Albert yang katanya nggak normal dalam percintaan itu.
"Bit*ch !"
"Bu*l !"
"CUKUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUP !" teriak Luc yang memegangi kepalanya , "Nih ! semua gara-gara ramuan yang dikasih Sasarai, semuanya jadi suka sama gue , mau cowok ato cewek ! f*ck banget tuh si Sasarai !"
"Master Luc sayang ?"
"Luc ?"
"My sweetie Luc ?"
"DIAAM ! GUE STRESS GARA-GARA INI NIH ! SASARAI SEKARANG LO KEMANA SETELAH LO GINIIN GUE ? DASAR SODARA GAK TAU TERIMA KASIH !" keluh Luc yang mondar-mandir kesana kemari, "NYESEL GUE BELIIN TROMPET TAON BARU BUAT LU !" lanjutnya.
"Master Luc sayang, Sarah mencintai master bukan karena ramuan itu kok, aku… tulus dari hati …" ucap Sarah yang semakin membuat Luc ingin meledak.
"Eke juga ! eke tulus dari hati sayangku !" timpal Albert yang nggak mau kalah.
"Mati Kalian Semua ! gue gak suka sama kalian berdua pergi dari markas gue !" teriak Luc yang semakin emosi, dia sekarang nggak peduli dengan rencana 'mengubah dunia'. Rupanya ini yang ,membuat Luc menjadi stress.
"hiks … hiks … master Luc jahaaat !" rengek Sarah yang menangis histeris.
"Udah sarah, mending sama abang Yuber aja …" kata Yuber sambil memeluk Sarah yang sedang menangis, wah wah mencuri kesampatan dia.
"PERGI LO !" teriak Sarah sambil menonjok Yuber hingga radius 50 km.
"My sweetie engkau sangat kejam pada eke…" Albert pun ngambek dibawah meja dan bermain dengan semut-semut.
"GUE KAGAK PEDULI AMA KALIAN SEMUA !" seru Luc lagi, Ia pun pergi meninggalkan ruangan itu.
Luc pun keluar dari sana, ia segera menenangkan dirinya, Ia pun meninggalkan kota itu.
Luc berjalan sendirian mencari sesuatu eh bukan seseorang, yang sangat ia benci, ya .. si Sasarai , Bishop yang sangat jahil dan terkenal jahil di suikoden world. Bahkan ia mendapat awards karena pekerjaannya yang hanya bisa menjahili orang itu.
Tiba-tiba, Luc melihat seorang cewek berambut hitam panjang, wanita itu sangat Luc cintai, namun, wanita itu pelupa dan bahkan bodohnya minta ampun (Luc kok bisa suka sama cewek itu yah ?)
"Viki !" sapa Luc yang berlari menghampiri Viki. Viki kelihatan bingung melihat kedatangan Luc.
"Siapa … ya ?" Tanya Viki pada Luc. Ini membuat Luc sedikit malu.
"Gue Luc ! masa Lupa lagi sih ?" bentak Luc pada Viki yang memang… sedikit yaaah gitulaaah.
"Luc ? Luc yang mana ya ?" Tanya Viki lagi.
"Ya Yang ini Be*o !" jawab Luc sambil menimpuk kepala Viki dengan kaleng bekas minuman, kalian tahu ? inilah cara agar Viki bisa ingat semuanya, cuman, tergantung merk kaleng minuman itu apa, misalkan co*a-co*a Viki bisa ingat selama 1 hari, pep*I hanya setengah hari dan lain-lain.
"Oh … Luc… Kenapa ?" Tanya Viki dengan wajah innocent-nya.
"L-Lu bantu gue cari Sasarai dong !" ucap Luc yang deg-degan melihat wajah cantiknya Viki.
"boleh, tapi bayar 100.000 potch !" sahut Viki sambil menadahkan tangannya.
"Mata duitan lo ! guekan sahabat lo !" sahut Luc yang sedikit kesal karena Viki lumayan mata duitan.
"Eh Bro , di dunia ini kagak ada yang gratis !" sahut Viki.
'yaudahlah, bego-begoin dia aja, paling besok ge dia lupaa' pikir Luc dengan senyum sinisnya. "oke-oke gue bayar ! tapi nanti ! anter gue dulu ke tempatnya Sasarai."
"Oke deh Bro !" sahut Viki, "pegang tangan gue !"
'eh tangan ?' spontan wajah Luc jadi merah namun Viki menarik Luc sambikl berkata,
"SHAZAM !"
Beberapa detik kemudian, mereka berada diruangan eh bukan… kamarnya Sasarai. Terdengar suara Sasarai diruangan lain, ia sedang bernyanyi.
"NENEK MOYANGKU SEORANG PELAUT, MENCARI IKAN YANG GENDUT-GENDUT KALAU TERTANKAP HAP-HAP, AKU SEORANG KAPITEN !"
(yakin itu Sasarai yang nyanyi ? ++'a)
"perut gue sakit denger si Sasarai nyanyi !" seru Luc yang memegangi perutnya.
"Daijoubu ?" Tanya Viki yang lumayan khawatir pada Luc.
"g-gak a-apa" jawab luc yang mulai deg-degan lagi.
Tiba-tiba Sasarai keluar dari kamar mandi itu dengan hanya menggunakan handuk setengah badan. Dia terkejut melihat keberadaan Viki dan Luc yang sedang berpegangan tangan.
"Aww !" kata Sasarai yang mencoba mengambil baju handuk sebelum handuk yang ia kenakan jatuh.
"IIh ! sodara gak tau malu !" cela Luc sambil menunjuk-nunjuk Sasarai.
"eh apa ? Lu tuh yang gak tau malu ! pacaran di kamar orang ! gak minta izin lagi !" seru Sasarai yang gak mau kalah.
"Heh ! gue ama Luc tuh gak pacaran !" sahut Viki polos, ini membuat Luc sedikit merasa menyesal.
"Trus ngapain kalian kesini ?" Tanya Sasarai lagi.
"kembaliin kehidupan gue jadi normal !" jawab Luc yang langsung to the point.
"Hah ? maksud lo ?"
"Lu bikin rekan-rekan gue jadi aneh !"
"oh yang itu… gimana ? jadi popular Luc ? hahaha"
"eh ! amit-amit, si Albert jadi homo gitu, mending sama si Yuber ! nah ini sama Gue ! tiap hari gue gak tenang tau !"
"Lebok !"
"Wah ! lu parah gue bilangin mami Leknaat nih !"
"gue bilangin lagi ke papi Hikusaak !"
Viki yang daritadi dicuekin pun hanya terdiam dan gak ngerti apa yang mereka bicarakan. Dia hanya ngomel-ngomel sendiri dalam hati dan menyumpahi si kembar dari Harmonia itu.
"Anak papi !"
"Anak Mami !"
Sasarai dan Luc tetap ledek meledek seperti itu. Tunggu, bukankah Luc ingin minta obat penawarnya dari Sasarai ? kok jadi kayak gini ?
"hei , Anak Papi ! gue sihir lo jadi kodok !"
"Apa anak Mami ? Lu juga gue sihir jadi orang ganteng mau ?"
"Eh asal lo tau aja ya ! Gue tuh udah ganteng !"
"oh gitu ya ? bukannya gantengan Gue ? sang Bishop Harmonia hahaha"
"CUKUUUUUUUUP !" teriak Viki yang –tumben connect- sangat kesal mendengar pertengkaran yang gak jelas antara Luc dan Sasarai itu. "Heh ! Luc, katanya lu mau bawa Sasarai ketempat lu supaya lu bebas dari Albert dan Sarah itu…!"
"eh iya … gue lupa , thanks yah viki.. Sasarai , lu ikut gue ! kasih obat penawarnya ke mereka-mereka !" seru Luc yang menggandeng tangan Sasarai tiba-tiba.
"Boleh aja, asal lu mau bayar !" sahut Sasarai dengan rada usil ia nyumputin sesuatu di tangannya.
"Oke gue bayar, berapa ?" sahut Luc.
Sasarai lalu menyodorkan kedua tangannya yang dikepal kepada Luc. "Pilih !"
Luc sudah mencium keusilan Sasarai padanya, tapi apa boleh buat, bisa saja Sasarai mau membantunya. Ia pun memilih tangan kanan Sasarai dan…
" !" teriak Luc yang teriakannya dapat terdengar seantero negeri.
"Hah ? luc kenapa ?" Tanya Viki yang kemudian melihat telapak tangan Sasarai, " ! imuuuuuut XDXDXD" teriak Viki yang kini terdengar hingga radius 100 km
"Sasarai ! dapet darimana tuh foto ! siniin gak !" kata Luc yang malu setengah mati, ternyata di tangan Sasarai terdapat foto Luc baru-baru ini yang masih disuapi oleh mami Leknaat.
"dapet dari interneeet dooong ahaha" sahut Sasarai dengan nada meledek.
Tanpa banyak bicara, Luc menyerang Sasarai, Brak ! bruk ! breek !
terdengar suara kegaduhan disana hingga Viki berteriak..
"Kyaaaa ! Yaoi !"
Luc dan Sasarai terkejut melihat Viki berteriak seperti itu, akhirnya, mereka melihat diri mereka di kaca, mereka dapati mereka yang sedang berpelukan seperti teletubbies, dan mulut Sasarai terkena pipi Luc sehingga terlihat, Sasarai seperti mencium pipi Luc.
"GYAAAAAAA !" teriak mereka berdua.
"Idiiih ! amit-amit gue ! Ya Allah … maafkan Hambamu ini, Astagfirullah … !" kata Luc yang langsung mencuci pipinya itu dengan tanah sebanyak 7x.
"Heh ! lu kira ciuman gue najis apa ?" kata Sasarai yang tidak menerima semua itu, "Asal lo tau aja ya ! gadis-gadis banyak yang minta dicium sama gue tau !"
"Eh ! mending gue itu cewek ! gue tuh cowok ! bakal gak enak diliatnya ! Kalau para fujoshi ngeliat kita, kita bakal di pair yang macam-macam !" sahut Luc.
"Iya juga ya…" ucap Sasarai yang sedikit lemot itu. "gua juga kudu mesti nyuci bibir gue yang seksi ini…" (idih, Sasarai narsis banget =='a)
"Mana obat penawarnya ?" bentak Luc yang nggak sabaran.
"nih nih ! udah pulang kalian berdua ! gue mau luluran lagi ! amit-amit deh gue pelukan sama orang kayak Luc !" ujar Sasarai sambil melempar obat penawarnya.
"Heeeh ! lu kira gua gak jijik apa ?" sahut Luc yang menangkap botol berisi ramuan yang dibuat Sasarai. "Thanks Bro !"
"Yoa !"
"Ayo Viki, kita kembali !" ajak Luc pada Viki.
"oke … ! Shazaam !" sahut Viki.
Setibanya dimarkas, Luc mendapati Sarah dan Albert yang yang langsung memeluknya. (idiih jijik deh …) terlihat Yuber yang baru balik dari tempat ia terlempar akibat pukulan Sarah.
"My Sweetie, kamyu kemana saja sihh ? eke rindu !" keluh Albert sambil tetap memegang tangan Luc.
"master Luuuc, Sarah minta maaf …" timpal Sarah yang memegangi tangan Luc yang lainnya.
"eh kalian berdua , nih gue punya hadiah buat kalian… diminum sekarang juga !" perintah Luc pada para anak buahnya itu.
Tanpa banyak cincong Sarah dan Albert pun meminumnya, Mereka saling bertatapan dan..
"Oh My Romeo.." kata Sarah pada Albert.
"Oh My Juliette" sahut Albert.
"Cinta kita abadi … !" seru mereka berdua sambil berpelukan.
Yuber dan Luc terkejut melihatnya, ternyata itu bukan obat penawar, tapi Luc masa Bodo', toh dia bebas dari Albert dan Sarah. Namun Tidak bagi Yuber, ia kalang kabut.
"Luc ! apa yang kau lakukan pada My Lovely Sarah ?" gerutu Yuber pada Luc.
"mana gue nyaho, yang penting sekarang gue " sahut luc yang merasa puas dengan ini.
"Oh tidaaaak ! Saraaaah ! abang mau dikemanain ?" rengek Yuber yang memeluk Kaki Sarah. Sarah pun mendelik kearahnya.
" Memang kamu siapa ?" sahut Sarah yang kemudian mendendang Yuber sampai ke Negeri antah berantah.
"My Juliette, sudah lebih baik kita pergi saja dari tempat ini, kita lunch aja di DPR …" ajak Albert sambil menuntun Sarah.
"Baiklah My Romeo, tapi tunggu romeoku , DPR itu apa ?" Tanya Sarah.
"Dibawah Pohon Rindang, My Juliette " jawab Albert dengan lembut.
"Pasangan bodoh !" cela Luc dari belakang Albert dan Sarah. "Nah … sekarang gue mau lanjutin rencana gue merubah dunia, go ! go ! masked Bishop !" lanjut Luc yang kemudian menyalakan PS2nya dan memasukan kaset Suikoden III dan mulai memainkannya.

~Fin~

Seorang gadis berambut pirang pendek terbaring tak bergaya di Ceremonial Site.

Menatap langit yang mendung, terlintas dipikirannya akan masa lalunya yang gelap.

" Hei, kau tau tidak! Katanya anak itu, Sarah, dia seorang penyirhir!" bisik seorang anak ke anak yang lain.

" Ehh, beneran? Kok bisa" tanya seorang anak yang lainnya

" Katanya dia punya Flowing Rune sejak lahir! Aneh kan? Masa waktu bayi sudah punya Rune"

Biar pun anak-anak yang lain Cuma berbisik tapi entah mengapa Sarah bisa mendengar kata-kata mereka dengan jelas.

" Aku tidak sedih... Aku tidak sedih!" jeritnya dalam hati. Tapi sesering apa pun dia mengatakan pada dirinya sendiri, Sarah tetap merasa kesepian dan kesedihan yang tiada akhir.

Suatu hari orang-orang dari Temple membawanya ke Crystal Valley, tepatnya di istananya dan menahanya disana.

" Kenapa harus aku... Kenapa harus aku menerima semua ini... Seseorang... Tolong... Aku..."

Air mata mengalir di pipinya yang seputih salju , lalu Sarah mendengar seseorang memanggilnya.

"Sarah... Sarah... Sarah anak ku buka matamu" Suara yang lembut dan hangat, Sarah pun membuka matanya dan melihat seorang wanita buta dan seseorang laki-laki di belakangnya.

" Lady Leknaat" kata seseorang laki-laki yang ada di belakang wanita tua itu.

" Aku tau Luc..." katanya dengan tenang.

"Si... Siapa kau" Tanya Sarah dengan tubuh yang gemetar.

" Aku adalah Leknaat orang yang menjaga keseinbangan di dunia ini, Sarah kalau kau mau bebas ikut lah dengan ku" wanita itu mengulurkan tanganya dan Sarah pun meraih tangan wanita itu.

Dengan sangat hati-hati Luc pun megendong tubuh Sarah yang lemas dan menghilang di dalam cahaya yang hangat dan nyaman.

~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~

" Aaaaah!" teriak Sarah, Luc pun segera pergi menuju arah teriakkan itu berasal.

Luc menatap Sarah yang gemetaran karena tidak sengaja telah mematahkan tampat Lilin yang di gunakan untuk upacara, tanpa basa-basi Luc pun masuk dan menggunakan sedikit angin dari True Wind Runenya untuk mematahkan yang lainnya saat Leknaat masuk dia pun menghukum Luc karena telah mematahkan tempat lilinnya dengan menyuruhnya membersihkan tangga menara mulai dari bawah sampai atas.

Sarah yang merasa bersalah hampir saja menangis, tapi luc memandangnya dan pergi, entah mengapa Sarah tahu kalau dia melakukan hal itu dengan sengaja.

Malam harinya Sarah yang masih merasa bersalah pun pergi ke kamar Luc yang berada di seberang kamarnya sendiri.

" Um... Master Luc... Apa anda sudah tidur" kata Sarah sambil mengetok kecil berusaha untuk tidak membangunkan Leknaat.

Luc pun membuka pintu dan terkejut melihat Sarah yang belum tidur.

"Aku belum tidut kok, ada apa Sarah?" katanya dengan dingin.

" Master... Master Luc! Maaf! Karena aku Master jadi di hukum Lady Leknaat..." katanya dengan nada yang penuh rasa bersalah.

" Tidak apa-apa kok, aku tau kau tidak sengaja menjatuhkan Tempat lilin itu dan merusaknya, dan saat Lady Leknaat menghukumku, sepertinya beliau tau kalau aku melindungimu, makanya hukumannya tidak berat. Biasanya kalau aku membuat kesalahan hukumannya lebih berat lagi"

Biar pun wajah Luc tidak tersenjum, Sarah tau kalau didalam Hati Luc adalah orang yang paling baik yang pernah dia temui sebelumnya.

Keesokan harinya pun Luc bersikap seperti biasa, selalu bersikap dan berkata dingin pada semua orang kecuali Lady Leknaat. Biar pun sifat Luc seperti itu tapi dia adalah orang yang baik untuk Sarah,

Karena setiap Sarah sedang ketakutan dan sedih. Luc selalu berada di sampingnya.

~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~S~

" Hiks... Hiks...Hiks..." Suara tangis kecil Sarah yang terdengar samar-samar di kegelapan malam membuat Luc keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar Sarah untuk melihat keadaanya.

Sarah sedang menagis di tempat tidurnya sambil memeluk boneka kelinci kesayangannya, Luc pun mendekat dan bertanya.

" Kenapa kau menangis Sarah?"

" Aku... Teringat dengan kejadiaan waktu itu..." katanya sambil menangis.

" Sudah lah, itu sudah terjadi 1 tahun yang lalu! Cepat tidur sana! Nanti kau terlambat untuk latihan pagi!" kata Luc dengan dingin.

Sarah pun terdiam dan gemetara melihat Luc yang sepertinya sedang memarahinya.

" Ya sudah, aku kan tetap disini membacakan mu buku cerita sampai kau benar-benar tertidur."

Sarah yang terkejut dan segera mengaggukkan kepalanya, kembali berbaring di tempat tidurnya sambil melihat Luc yang berjalan menuju meja belajar dan mengambil buku dan mulai membacakannya, Sarah pun perlahan-lahan mulai menutup matanya dan kembali tidur.

Bukannya kembali ke kamarnya, Luc tetap menjaga Sarah tanpa tidur pada malam itu.

Leknaat yang mengawasi mereka pun tersenyum melihat tindakan Luc.

" Saat-saat yang indah..." kata Sarah sambil memandangi langit yang masih mending.

" Master... Master Luc biar pun Anda selalu bekata kasar dan dingin pada semua orang tapi sesungguhnya Anda adalah orang yang sangat baik..." lanjutnya lagi.

Tak lama setelah itu Ceremonial Site mulai bergoyang yang beberapa puing-puing mulai runtuh dan Sarah pun mencoba berdiri dan berjalan menuju ketempat Luc berada.

" Tunggu Aku Master Luc!" ucapnya dalam hati sambil terus berjalan. Tahu nasib apa yang sedang menunggunya dan Luc, tapi Sarah tidak menyerah biar pun tubuh penuh dengan luka berat dia tetap berjalan. Berjalan untuk menemui orang yang di cintainya itu...

Fin

Malam itu , Klaus tengah berjalan-jalan di castle, ntah apa yang Ia lakukan, mungkin Ia sedih karena ayahnya meninggal, atau … dia sudah muak Sierra terus mengganggunya ? ahaha ayolah, Sierra memang begitu, ia berkali-kali mengganggu Klaus dan mempermainkannya.

Baru aja Author cerita, Si Sierra udah muncul dihadapan Klaus.

"Klaus-chan ? ini sudah malam , masih melek ?" Tanya sierra pada Klaus.

"j-jangan mendekat !" sahut Klaus yang mulai berkeringat dingin melihat Sierra didepannya itu.

"haah ? Klaus-chan kok begitu ?" Tanya Sierra lagi, tiba-tiba Sierra menangis, "hiks"

Saat yang bersamaan , Riou kembali dari pemandian air panas dan melihat mereka berdua, diam-diam Riou….

"Woy ! Pacaran wae lo berdua !" teriak Riou dari kejauhan.

"Lord Riou !" sahut Klaus yang kelihatan salting. Melihat ini, Sierra semakin ingin menganggu Klaus.

"Sayaaaangku, Klaus… aku tahu kau sangat menyukaiku, jadi jangan malu-malu…" goda Sierra yang mencoba menyentuh wajah Klaus.

"DON'T TOUCH ME !" teriak Klaus yang membuat semua orang di castle terbangun, Luc yang berada dibawah mereka pun mengamuk dan menaiki tangga untuk memarahi mereka yang ada diatas.

"Woy ! nyadar dong ! ieu teh udah malem, rerencangan ge atos pada sare ! jalma teu normal lu pada teh ! aing bunuh baru nyaho lu pada !" gerutu Luc yang ternyata keturunan orang sunda itu. (translate : woy ! sadar dong ! ini sudah malam, yang lain juga sudah pada tidur, dasar kalian manusia nggak normal ! gua bunuh baru tahu kalian ! )

"Am-ampun Luc…" sahut Klaus yang sedang merinding itu.

"Lagi pula Klaus-chan lebay deh, masa sampe kayak gitu cuman aku pegang doang, kamu kira aku setan apa ?" ucap Sierra sambil melipat tangannya.

"Heh , Sierra ! sia teh nyadar, pan sia teh Vampire ! otak sia dikamanakeun sih ? Vampire teh sama aja kayak Jurig ! alias Setan !" gerutu Luc yang mendelik kearah Sierra.

"i-iya … Luc" ucap Sierra yang mati kutu itu.

Riou buru-buru pergi dari sana, supaya nggak kena semprotan Luc yang kalo marah pasti bahasa Sundanya keluar itu.

"Udah ! aing bade sare ! awas sia pada gandeng lagi, beuh ! aing bunuh sia !" seru Luc yang kemudian berjalan kearah stone tablet, tempat ia nongkrong.

"Tuh Denger ! beg* deuh lu !" cela Klaus pada Sierra .

"Jahaaat ! ntar aku isep juga darah kamu ! biar jadi vampire !" sahut Sierra yang gak mau kalah.

"Kalo lu isep gua, gua isep lagi darah lu !" kata Klaus yang segera meninggalkan tempat itu, "biarpun gue gak punya taring , ntar gua tusuk lu pake sedotan kaya gua nusuk mountea pake sedotan !"

"hiii~ emang gua benda apa …" gerutu Sierra merinding dan tubuh ngilu karena mendengar 'pake sedotan' itu.

\(^_^)/ Hop ! Step ! Jump !

"semalem gue dimarahin Luc…." Lapor Sierra pada temannya itu.

"Zzzzzzzzzz" rupanya temannya itu tidur.

"Sid .. denger ngape Lu ?" ucap Sierra yang kesal dengan kebiasaan Sid yang kerjaannya tidur terus. "HEH ! TUKANG TIDUR ! GANTI PROPESI GERA JADI TUKANG GALI KUBUR ! KASIAN NOH TUKANG GALI KUBUR DIKIT YANG MAU !"

"zzzz…ZZ…zZZZZ"

"HUH ! CONGEK LU ! SEGITU GUE UDAH TERIAK-TERIAK MASIH GAK DENGER ! BUDEK ! GO TO HELL !" gerutu Sierra yang kemudian berlari dari sana.

Sierra berlari karena kesal sama sid teman yang sama-sama suka diem di kuburan, tapi sayang hobbynya sid itu bikin jengkel yaitu tidur dan ketawa gak jelas (gila dong ?).

Tiba-tiba Sierra melihat Hix dan Tengaar sedang berpegangan tangan dan membuat orang yang ada disekitarnya itu cengo dan senyam-senyum sendiri, mungkin iri kali ya ? hmm… mungkin … Sierra menatap pasangan itu dengan rada sirik, pasalnya Sierra ingin mencari cinta sejatinya, Kadang ia sedih kenapa ia terlahir sebagai Vampire yang hidupnya abadi.

Sierra terus berjalan dan mendapati Klaus sedang jalan-jalan sendirian didepan perpus. Klaus bertemu mata dengannya, Oh Shit ! gerutu Klaus dalam hatinya, Ia buru-buru kabur dari hadapan Sierra, dan ngumpet dibalik batu.

Dan disana ternyata ada Kinnison dan Millie , mereka berdua sepakat ngomong "hati-hati ada Klaus dibalik batu !"

Klaus kalang kabut nyari tempat berlindung kalau-kalau Sierra berusaha mendekatinya, ia pun berlari dari batu itu, dan menabrak seorang cowok, cowok itu…

"Sia ! nabrak aing !"

YUP BENER BANGET ! itu Luc si bocah dari sunda (digampar pake rod-nya Luc). Tampa banyak bicara Klaus memeluk Luc karena melihat Sierra benar-benar mengejarnya. Spontan Luc terkejut !

"Klaus ! sia ngapain ? elu the Homo ? ya ampun ! Lepasin gue lu, sia! Gue takut sama cowok homo ! " gerutu Luc yang udah panas-dingin takut dia itu jadi gebetannya Klaus. Klaus hanya menyumpahi Luc yang udah bilang dia itu homo, padahal 108% Klaus tuh normal alias gak homo.

"Are' ?" Sierra terkejut melihat adegan Oh So Sweet-nya Klaus dan Luc itu. "Lu-Luuuuuuuuuuc … JANGAN REBUT MY LOVELY CUTTIE HONEY SWEETTIE BUNNIE BEAUTY (nah lho ?) KLAUUUUUUUUUUS !" teriak Sierra yang langsung menyerang Luc dengan spell dari Darkness rune yang ia miliki yaitu final bell.

Alhasil Klaus buru-buru ngelepasin pelukannya dan ngumpet dibalik batu lagi. Luc teriak karena gak mau keisep ke dimensi laen , Sierra dengan asik ngelambain tangannya ke Luc.

"Kyaaaaaaa ! aing teu hoyong ke dunia laiiin !" teriak Luc yang takut setengah hati itu.

"Bay bay Luc … ! kyahahahahahahahahahaha" sahut Sierra sambil gojet-gojet ala Dora the explorer dan nyanyi dengan gajenya, "berhasil berhasil berhasil hore, we did it… (dan seterusnya) "

Klaus makin merinding ngeliat Sierra yang makin gaje itu, dia gojet-gojet tanpa ada rasa malu diliatin orang-orang seantero negeri itu. Bahkan Jowy dan para pengikutnya jauh-jauh dateng dari Highland cuman mau ngeliat Sierra yang lagi joget, ada juga Tir yang di teleport Viki ke dunan castle itu, bahkan Luca Blight yang harusnya udah mati malah idup lagi cuman mau ngeliat hiburan itu.

Karena ada Jowy disana, Riou tiba-tiba ngajak si Jowy dansa ala potong bebek angsa, salahnya Si Jowy malah oke-oke aja diajakin Riou joget kayak gitu, Sierra pun yang nyanyiin lagu tersebut. Klaus makin ilfeel pada mereka yang joget disaksikan oleh para masyarakat satu negeri itu.

Anehnya ada highland disana bukannya diusir malah disambut sangat meriah dengan dunan army itu, mendadak castle jadi tempat carnival para orang gaje.

"TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK !" teriak Klaus yang bikin bising itu, karena ia teriak di mic yang dipake Sierra nyanyi sehingga menghasilkan suara TIIIIIIIIIIIIIING yang asli paling gak enak didenger.

Akhirnya semua mata tertuju padamu (?). maksudnya Klaus.

"Woy ! Sierra ! istri lu ngamuk noh !" tunjuk Riou yang sebenarnya minta carnaval itu dilanjutin, mungkin dia udah capek karena perang terus.

"Is-Istri ? emang gue cewek apa ?"

"Sierra gak apa-apa dibilang jadi suami asal istrinya itu Klaus …."

"ogah !" teriak Klaus yang langsung nangis kejer.

Ngeliat itu, Sierra jadi kasian dan ngebubarin carnival tersebut , dengan sangat terpaksa penonton pun pergi dan langsung buru-buru pulang ke rumah dan nyalain tivi. Berhubung pada mau nonton final AFF Indonesia vs Malaysia. (lho ?)

Riou dan Jowy pun langsung melesat ke GBK berharap ketemu Irfan Bachdim dan dapet tanda tangan dari orang itu. Mereka berpakain lengkap seragam timnas serta bamboo runcing di tangan mereka. (buat apa ?)

Tinggallah Sierra dan Klaus di dunan castle.

"a-ano … Klaus-chan… maaf …"

"buat apa minta maaf, lu gak salah kok."

"Klaus …"

"Sierra ?"

"SHINING WIND ! " teriak luc yang baru kembali dari dunia lain dengan baju compang-camping itu, membuat Sierra dan Klaus terpental sejauh 250Km.

"Huh ! rasain tuh ! pasangan bego !" gerutu Luc yang langsung ngacir takut dicariin sama fans-fansnya dari dunia lain.

"aing ge bade ningalian final Aff … !" kata Luc yang buru-buru nyetel tivi di Stone tablet itu.

-Sekian-

Thanks for Visiting!

Impmon - Digimon 2